Saya sudah berembuk sama istri, rencana mau dibuatkan musala di pondoknya Rendra,

Beijing (ANTARA) - Pelaku tabrak lari di Kota Xianyang, Provinsi Shaanxi, China, hingga menewaskan seorang santri asal Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, telah memberikan santunan kepada keluarga korban senilai 132.928 dolar AS atau sekitar Rp1,86 miliar.

"Santunan ditransfer langsung ke rekening orang tua korban di Paiton tanpa ada potongan apa pun," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing Yaya Sutarya, Sabtu.

Selain santunan dari pelaku, keluarga korban masih akan mendapatkan asuransi jiwa yang nilainya sekitar Rp200 juta dan biaya pengembalian SPP dari pihak Shaanxi Polytechnic Institute, Xianyang, tempat korban, Muhammad Rendra Sampurna Wijayadi (21), menempuh pendidikan S1 Teknik Elektronik.

Baca juga: Truk tabrak pasar di China tewaskan enam orang, lukai 14
Baca juga: Bus pindah jalur lawan arah di China, 36 orang tewas

"Kalau asuransi sudah cair, Bapak akan kami kontak lagi untuk pengirimannya," kata Yaya saat menelepon Hatim, ayah korban, yang tinggal di Paiton.

Sebelumnya, Atdikbud dan staf Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing telah menemui keluarga pelaku, pihak kepolisian, pihak kampus, dan mahasiswa Indonesia lainnya di kota itu.

Atas nama keluarga korban, Yaya sudah menerima permintaan maaf dari orang tua pelaku.

"Kami telah bertemu para pihak tersebut di kepolisian Xianyang. Permintaan maaf sudah kami terima, namun kami tetap menyerahkan sepenuhnya proses hukum yang sudah berjalan," ujarnya mendampingi Koordinator Fungsi Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing Victor Harjono.

Selain bertemu dengan para pihak, Yaya juga mendatangi pengurus masjid di Xianyang yang telah memberikan lahan untuk pemakamakan Rendra pada 7 Januari lalu.

Sementara itu, Hatim dalam percakapan telepon dengan Atdikbud itu menyatakan akan menggunakan sebagian uang santunan tersebut untuk membangun musala di lingkungan sekitar PP Mambaul Ulum, Paiton, tempat Rendra menimba ilmu agama sebelum melanjutkan pendidikan sarjananya di wilayah barat China itu.

"Saya sudah berembuk sama istri, rencana mau dibuatkan musala di pondoknya Rendra," tutur Hatim yang dalam telepon itu didampingi ibunda korban, Ismaimunah.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya (depan dua kanan) bertemu pihak keluarga pelaku, pihak kampus, dan jajaran kepolisian Kota Xianyang, Provinsi Shaanxi, China, terkait kasus tabrak lari yang mengakibatkan seorang pelajar asal Paiton, Jawa Timur, meninggal dunia. (ANTARA/HO-Atdikbud KBRI Beijing)

Seperti diberitakan ANTARA, Rendra meninggal dunia di rumah sakit Kota Xianyang pada 5 Januri 2021 setelah ditabrak kendaraan roda empat yang melaju tak terkendali pada 30 Desember 2020 dini hari.

Sementara rekan korban yang sama-sama dari Paiton dan sekampus di Xianyang, Faiq Iqbal Ainun, mengalami luka ringan dalam kecelakaan yang terjadi di sekitar lingkungan kampus mereka itu.

Pelaku sempat melarikan diri sebelum akhirnya menyerahkan diri kepada pihak kepolisian pada 1 Januari.

Kasus kematian warga negara asing di Kota Xianyang merupakan yang pertama kali dalam 40 tahun terakhir.

Oleh karena rumitnya proses pengiriman jenazah dari Xianyang ke Paiton di tengah pandemi, akhirnya pihak keluarga mengikhlaskan korban dimakamkan secara Islami di Xianyang.

Pengurus masjid di Xianyang bersedia memberikan lahan pemakamannya karena juga mengenali korban yang rajin beribadah di masjid tersebut.

Baca juga: WNI korban tabrak lari di Shaanxi meninggal, pelaku ditahan
Baca juga: Santri Paiton korban tabrak lari Shaanxi dimakamkan di China

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021