Di tengah pandemi ini menjadi momentum yang tepat bagi kalangan perbankan syariah untuk berpacu dengan perbankan konvensional melalui layanan digital
Palembang (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Selatan mendorong digitalisasi perbankan syariah di daerah tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan pangsa pasar karena saat ini masih berada di kisaran 5-6 persen dalam industri keuangan.
Kepala BI Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Kamis, mengatakan, digitalisasi perbankan syariah ini dapat dimulai dengan memiliki aplikasi untuk layanan pembayaran zakat infak dan sedekah (ZIS), donasi kegiatan amal, dan lainnya.
Sejauh ini terdapat dua institusi perbankan yang menggarap sektor syariah yakni, Bank Sumsel Babel Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
“Di tengah pandemi ini menjadi momentum yang tepat bagi kalangan perbankan syariah untuk berpacu dengan perbankan konvensional melalui layanan digital,” kata Hari saat menjadi narasumber webinar "Proyeksi 2021, Menakar Kekuatan Ekonomi Syariah di Sumsel" yang digelar oleh Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) Palembang.
Ia tak menyangkal kinerja perbankan syariah belum sesuai harapan karena terdampak dari pandemi, tapi BI mengamati upayanya sudah cukup baik dalam mendorong ekonomi syariah ini.
Tapi sejatinya peluang tetap terbuka lantaran di tengah pandemi terdapat fenomena baru, yang mana masyarakat dari sisi spiritual cenderung meningkat sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan untuk ZIS.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Reginal VII Sumatera Bagian Selatan Untung Nugroho mengatakan stagnannya market share perbankan syariah ini karena belum terlalu berkembang di sektor ril.
Selain itu, rendahnya literasi dan inklusi keuangan syariah serta digitalisasi yang belum memadai ikut menjadi tantangan dalam pengembangan industri perbankan syariah.
Untuk dapat mendorong sektor riil syariah bekerja optimal dibutuhkan sinergi tak hanya terbatas pada lembaga keuangan syariah tetapi juga dengan industri halal dan kementerian lembaga terkait.
Saat ini perbankan syariah pun didorong pengembangannya lewat penguatan identitas, sinergi ekosistem, dan optimalisasi faktor pendukung.
Selain itu, kini muncul strategi baru yakni merger perbankan syariah milik negara merupakan salah satu wujud untuk memperkuat industri tersebut. Dengan merger, perbankan syariah akan masuk dalam bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV yang memiliki modal inti minimal Rp30 triliun.
“Ini strategi baru agar perbankan syariah lebih berdaya saing dan punya kapasitas, karena sebelumnya banknya kecil-kecil (modal kecil) sehingga sulit mengembangkan layanan,” kata dia.
Baca juga: Industri perbankan syariah Sumsel optimistis tumbuh 20 persen
Baca juga: BI Sumsel kembangkan ekonomi syariah di lima pesantren pada 2020
Baca juga: Ketua OJK ungkap kiat dongkrak pangsa pasar ekonomi syariah
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021