Padahal sejalan dengan visi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin yang berfokus pada pembangunan SDM menuju Indonesia Maju, sepak bola ini bisa dijadikan salah satu wahana yang efektif untuk merajut nasionalisme bangsa ini.

Jakarta (ANTARA) - Nyaris genap setahun ini masyarakat Indonesia tercekam rasa khawatir akan pandemi COVID-19. Segala aktivitas terbengkalai atau bahkan mundur jauh ke belakang.

Aktivitas perkantoran, dunia usaha hingga proses belajar mengajar di semua jenjang pendidikan terpaksa dirumahkan, yang akhirnya semua bermuara pada munculnya kegalauan sosial, was-was atas keselamatan diri dan keluarga dari ancaman wabah.

Meski ada ancaman wabah mematikan ini, ternyata masih ada pula kegaduhan-kegaduhan di tengah masyarakat yang tampaknya memang sengaja diciptakan segelintir kalangan demi memuaskan hasrat mereka merongrong, menjegal atau setidaknya mendiskreditkan apa pun upaya pemerintah untuk rakyatnya.

Upaya memberikan vaksin COVID-19 kepada seluruh rakyat secara gratis demi memerangi pandemi dan memulihkan kehidupan mereka pun di-framing negatif melalui pembentukan opini secara sistematis dan masif oleh kelompok yang itu-itu saja.

Baca juga: Kemenpora: PSSI ajukan 178 nama sebagai prioritas penerima vaksin
Baca juga: Anggota Exco PSSI: semoga vaksinasi COVID-19 sukses agar liga berjalan

Isu vaksin ini hanyalah satu contoh kecil dan masih banyak lagi kegaduhan lainnya yang membuat masyarakat semakin lelah. Masyarakat perlu ketenangan hidup, kesejukan dan kenyamanan suasana di lingkungan mereka tinggal. Mereka juga membutuhkan oase yang bisa melupakan sejenak kepenatan dan beban hidup yang menghimpit. Dan salah satu oase itu adalah dunia olahraga yang berkualitas, berprestasi dan membanggakan.

Sepak bola sebagai salah satu cabang olahraga terpopuler di seluruh dunia terbukti mampu mengikis sekat-sekat perbedaan yang ada di masyarakat global. Tidak ada istilah batas-batas negara bagi fans sepak bola, apalagi untuk tim-tim favorit.

Demikian pula di Indonesia. Semua orang dengan mudah bisa bersatu padu memberikan dukungannya tatkala timnas Indonesia akan bertanding dengan kesebelasan negara lain. Mereka merasa berduka ketika tim Garuda kalah dan akan bersorak gegap gempita penuh rasa bangga ketika timnas memenangi laga.

Presiden Jokowi pun sangat paham dengan hobi dan kondisi psikologis rakyat Indonesia yang haus akan tontonan sepak bola nasional yang berprestasi sekaligus membanggakan. Karena itu ketika di periode pertama pemerintahannya, hal pertama yang diupayakannya adalah membenahi organisasi PSSI sebagai induk cabang olahraga tersebut. Tidak peduli FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia karena membekukan PSSI, yang terpenting organisasi itu kembali sehat, profesional dan bersih dari cengkeraman mafia. Ini lah langkah awal sebelum membenahi lebih lanjut carut marut persepak-bolaan nasional.

Pembenahan organisasi ini secara perlahan namun pasti mulai menunjukkan hasil. Berbagai kompetisi dan turnamen sepak bola kembali marak diselenggarakan, semisal turnamen Piala Presiden dan seri-seri kompetisi Liga Indonesia dengan format barunya. Secara bersamaan terbangun lagi antusiasme dan gairah masyarakat mendukung tim-tim kebanggaannya.

Nama-nama talenta muda potensial pun bermunculan seperti Egy Maulana Fikri, Witan Sulaiman, si kembar Bagas dan Bagus Kahfi, Elkan Baggott atau pun Beckham Putra Nugraha. Kepiawaian mereka menggiring kulit bundar sukses membetot perhatian publik dan bahkan klub-klub luar negeri tertarik merekrut mereka.

Baca juga: 13 pemain di klub Egy Maulana Vikri bernaung positif COVID-19
Baca juga: Shin Tae-yong berharap Witan dan Elkan jaga performa di klub
Baca juga: PSSI dukung keputusan Barito Putera lepas Bagus Kahfi ke Eropa

Pemain Timnas U-22 Indonesia Egy Maulana Vikri (kiri) mengejar bola dibayangi pemain Timnas Singapura Muhammad Syahrul Bin Sazali dalam pertandingan Grup B SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Kamis (28/11/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.


Selanjutnya: Visi Jokowi untuk sepak bola

Copyright © ANTARA 2021