Tebing di kawasan Taman Nasional Meru Betiri longsor pada Sabtu (16/1) sore dan Senin (18/1) malam akibat hujan deras dan gundulnya hutan di kawasan tersebut

Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Sebanyak 1.500 warga atau 500 kepala keluarga (KK) di Dusun Bandealit, Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang merupakan kawasan Taman Nasional (TN) Meru Betiri sempat terisolasi akibat longsor yang terjadi dua kali dalam sepekan terakhir.

"Alhamdulillah petugas sudah membersihkan material longsor, sehingga akses jalan satu-satunya yang menghubungkan permukiman penduduk ke Desa Andongrejo bisa dilalui, namun dengan ekstra hati-hati," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Heru Widagdo di Jember, Rabu.

Tebing di kawasan Taman Nasional Meru Betiri longsor pada Sabtu (16/1) sore dan Senin (18/1) malam akibat hujan deras dan gundulnya hutan di kawasan tersebut, sehingga akses jalan satu-satunya warga Dusun Bandealit, Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo tertimbun longsor hingga menutup badan jalan.

Petugas BPBD bahu membahu dengan masyarakat, pekerja kebun, petugas Taman Nasional, Polri dan TNI, serta relawan membersihkan sisa longsoran, agar kendaraan bisa melalui akses jalan tersebut.

"Saat terisolir, kami sudah mendistribusikan lauk pauk, beras, mie instant, air mineral, dan nasi bungkus sesuai dengan jumlah warga di Dusun Bandealit," katanya.

Berdasarkan data dari BPBD Jember, kata Heru Widagdo, jumlah warga yang terisolir sebanyak 500 KK atau 1.500 jiwa di Dusun Bandealit, Desa Andongrejo yang terdampak. Dari 1.500 warga tersebut di antaranya 614 orang lanjut usia (lansia) dan 56 ibu hamil.

Sementara Kepala Sub Bagian Tata Usaha TN Meru Betiri, Khairun Nisa mengatakan akses jalan di kawasan Bandealit sudah bisa dilalui kendaraan roda empat pada Selasa (19/1), namun volume kendaraan yang bisa melalui jalan tersebut terbatas.

"Timbunan longsor yang memenuhi badan jalan sudah dibersihkan secara gotong royong, sehingga akses jalan dapat dilalui kendaraan," katanya.

Ia mengatakan banjir dan tanah longsor yang melanda di Desa Andongrejo yang merupakan desa penyangga hutan pada Januari 2021 merupakan paling parah sejak ia bekerja di TN Meru Betiri pada tahun 1998.

"Kami juga sudah menggalang donasi untuk warga yang terdampak banjir berupa alat kebersihan, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membersihkan rumah mereka dari banjir yang disertai lumpur tersebut," demikian Khairun Nisa.

Baca juga: TN Meru Betiri Jatim jalankan pola kemitraan konservasi

Baca juga: Pembalakan Liar Mengancam Meru Betiri

Baca juga: Kemenhut ukur potensi karbon TNMB

Baca juga: Taman Nasional Meru Betiri jadi habitat elang jawa

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021