Palu (ANTARA) - Save The Children atau Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) mengirimkan bantuan paket hunian untuk para penyintas di daerah terdampak gempa di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
"Bersama dengan Yayasan INANTA, Save the Children Indonesia akan mendistribusikan 150 paket perlengkapan hunian," kata Kepala Departemen Kemanusiaan dan Ketahanan YSTC, Dino Satria dalam keterangan tertulis YSTC yang diterima di Palu, Rabu.
Dalam kegiatan kemanusiaan untuk percepatan pemulihan pascagempa Sulbar, YSTC menggandeng beberapa mitra lembaga/jejaring yang ada di Sulbar, salah satunya Yayasan INANTA.
Melalui kerja sama dengan jejaring, YSTC dan Yayasan INANTA mengirimkan bantuan 150 paket hunian untuk penyintas gempa Sulbar yang saat ini sedang berada di lokasi pengungsian.
Baca juga: YSTC siapkan bantuan untuk anak penyintas gempa Sulbar
Baca juga: Kemensos dorong peningkatan peran anak pada pengurangan risiko bencana
"Sejak hari pertama setelah kejadian bencana, Save the Children Indonesia bersama dengan mitra kami, Yayasan INANTA di Sulawesi telah melakukan kajian cepat pendataan untuk mengetahui kebutuhan utama anak-anak dan keluarga termasuk kebutuhan layanan dukungan psikososial dan pendidikan dalam situasi darurat," kata Dino.
Selain paket hunian, YSTC dan Yayasan INANTA, kata Dino, Satria juga mengirimkan bantuan berupa 5.000 paket kebersihan dan 1.000 box air.
"Selain itu, Save the Children Indonesia juga memberikan dukungan teknis untuk menyiapkan desk relawan BNPB agar memudahkan pengumpulan data informasi terutama data kebutuhan anak-anak dan keluarga," sebut Dino.
Lanjut Dino, salah satu penyintas gempa Mamuju Arsyad yang ditemui oleh YSTC bersama Yayasan INANTA di lapangan menyampaikan ia tidak pernah membayangkan dia dan keluarganya akan menjadi korban bencana gempa untuk kedua kalinya.
Arsyad merupakan warga Palu yang pada tanggal 28 September 2018 juga merasakan dahsyatnya gempa berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang Palu, Donggala dan Sigi serta sebagian Parigi Moutong.
"Setelah mengalami gempa Palu dan Donggala tahun 2018, saya dan keluarga memutuskan pindah ke Mamuju, Sulawesi Barat, untuk memulai kembali lembaran baru. Lalu pada Jumat dini hari, 15 Januari 2021, gempa keras dengan magnitudo 6,2 mengguncang Sulawesi Barat dan memaksa kami untuk berlari menyelamatkan diri," ungkap Arsyad.
Dengan menggunakan motor, Arsyad membonceng dua anaknya yang berusia 7 dan 16 tahun menyelamatkan diri ke arah perbukitan Kabupaten Mamuju. Saat ini Arsyad dan keluarga sudah bersama dengan ratusan pengungsi di Desa Pasa’Bu, Kecamatan Tapalang, Mamuju. Mereka berlindung di tenda pengungsian dan rumah-rumah penduduk.
Baca juga: YSTC ajak media dukung gerakan menyusui dalam situasi darurat bencana
Baca juga: Kemenhub dirikan posko dan salurkan bantuan untuk korban gempa Sulbar
Sebagian pengungsi adalah lansia, anak-anak, serta ibu hamil. Tenda-tenda darurat, yang dibuat dengan terpal kecil, masing-masing dihuni sampai 10 orang berdesak-desakan dan beralaskan kardus bekas atau tanah saja, karena belum ada tikar dan selimut.
Kondisi ini diperparah dengan hujan lebat yang mengguyur Mamuju sepanjang hari Jumat sampai Sabtu pagi. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia pada 18 Januari 2021, pukul 14.00 WIB, tercatat 39.883 jiwa yang terdampak.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021