Bulu tangkis jadi benchmark
Level yang dicapai sepak bola Belanda itu mirip dengan titik yang dicapai bulu tangkis Indonesia di mana nama Indonesia ada di benak banyak orang di seluruh dunia ketika bicara soal bulu tangkis.
Prestasi yang dicapai atlet-atlet bulu tangkis Indonesia memang menjadi daya tarik utama. Tetapi etos, disiplin, budaya kompetisi dan manajemen olahraga yang membentuk atlet-atlet bulu tangkis Indonesia bisa berkelas dunia juga menjadi pertimbangan banyak negara.
Buktinya, tengok saja pelatih bulu tangkis Indonesia yang direkrut di luar negeri. Mereka tidak hanya melatih, namun juga sering menjadi arsitek di balik kebangkitan atau bergairahnya bulu tangkis mereka di kancah regional dan internasional.
Mulyo Handoyo misalnya, membuat bulu tangkis Singapura mencapai kemajuan, demikian pula saat melatih India. Srikanth Kidambi dan Loh Kean Yew adalah di antara yang dia lahirkan sampai India dan Singapura memasuki babak baru yang lebih baik dalam sektor bulu tangkisnya.
Rexy Mainaky yang malang melintang di luar negeri tidak saja sebagai pemain pun begitu. Sebagai pelatih, dia membuat Inggris menyabet medali perak Olimpiade 2004 dari ganda campuran Gail Emms/Nathan Robertson, memoles Koo Kien Keat/Tan Boon Heong dari Malaysia sebagai salah satu ganda putra terbaik di dunia pada masanya atau mendorong Thailand mencetak banyak pemain hebat seperti Ratchanok Intanon dan ganda campuran Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.
Ada lagi, Tong Sin Fu. Pelatih legendaris di antaranya menghasilkan pemain-pemain hebat seperti Ardy B. Wiranta, Hariyanto Arbi, Alan Budikusuma, dan Susy Susanti, adalah juga aktor di balik lahirnya jago-jago dari China seperti Lin Dan dan ganda putra Cai Yun/Fu Haifeng.
Demikian pula Hendrawan yang berperan besar dalam membangkitkan lagi reputasi pebulu-tangkis legendaris Malaysia, Lee Chong Wei, sampai bisa meraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 dan juara dunia 2001.
Sementara Atik Jauhari yang melahirkan pemain-pemain hebat seperti Icuk Sugiarto, Hastomo Arby, Liem Swie King, Tjun Tjun/Johan Wahyudi dan Bobby Ertanto/Hadibowo, melanglang buana ke Swedia, Thailand dan India. Bahkan di India melahirkan tunggal putri hebat Saina Nehwal yang sekaligus membuat dunia melihat lagi bulu tangkis India.
Mereka hanyalah contoh yang membuat dunia menoleh Indonesia. Tangan dingin mereka dalam melatih memiliki akar kuat dalam masyarakat bulu tangkis Indonesia pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Mereka membuat kualitas terbaik paralel dengan Indonesia, meskipun baru hanya pada bulu tangkis.
Pelatih-pelatih seperti Rexy cs itu dan bulu tangkis bisa menjadi benchmark untuk bagaimana cabang-cabang olahraga lain di Indonesia bisa berprestasi tinggi-tinggi di mana pun di dunia ini.
Prestasi, etos kerja, disiplin, manajemen, organisasi, pembinaan, dan kompetisi ketat yang didapatkan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia baik dari tempat latihan mereka maupun berbagai turnamen patut ditularkan kepada cabang olah raga lain.
Tujuannya jelas, demi menghasilkan atlet-atlet kelas dunia seperti pebulu-tangkis Indonesia nan hebat itu. Tak mustahil Indonesia bisa menghasilkan pesepak-bola kelas dunia atau cabang-cabang olahraga lainnya. Tak ada yang mustahil di dunia ini.
Dan pada saat level dunia itu telah tercapai, maka akan lebih mudah bagi Indonesia memetik insentif dari tingkat yang dicapai atlet-atletnya itu. Dan itu tak hanya aspek olahraga, tapi juga aspek-aspek lain, yang membuat dunia berlomba mengenal Indonesia lebih dekat yang benefitnya besar bagi banyak sektor kehidupan nasional, termasuk pembangunan ekonomi.
Status duta bangsa yang disandang atlet juga bisa membuat Indonesia melangkah ke status kekuatan moral yang mendorong perubahan dunia yang lebih baik, selain menginspirasi atau bahkan mempersatukan masyarakat lintas negara dan dunia seperti sejumlah negara secara tidak langsung menarik manfaat kesuperstaran atlet dalam menjadikan dunia yang lebih berkeadilan sosial lewat gerakan Black Lives Matter di mana atlet-atlet menjadi tokoh sentralnya.
Baca juga: Diplomasi emas Indonesia untuk dunia
Copyright © ANTARA 2021