Saya berharap stimulus fiskal menjadi kekuatan pendorong kinerja relatif mata uang tahun ini karena secara langsung terkait dengan proses pemulihan ekonomi
London (ANTARA) - Dolar AS menguat untuk hari ketiga berturut-turut pada Senin, ke level tertinggi dalam empat minggu karena semangat menghindari risiko sedang melanda pasar mata uang, memukul dolar Australia dan pound Inggris menjadi lebih rendah.
Dengan pasar AS tutup karena hari libur pada Senin dan pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS berikutnya pada hari Rabu, mata uang utama tetap dalam kisaran seperti selama ini, mengawasi dengan cermat sikap pemerintahan baru terhadap greenback.
Sementara Presiden Donald Trump yang secara terbuka mencela penguatan dolar selama bertahun-tahun, Janet Yellen, pilihan Biden untuk menjadi Menteri Keuangan AS, diharapkan bisa menjelaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan mencari dolar yang lebih lemah, menurut Wall Street Journal.
Baca juga: Rupiah awal pekan ditutup jatuh, pasar "wait and see" pelantikan Biden
Selain itu rencana Biden untuk paket stimulus 1,9 triliun dolar AS juga telah memicu kenaikan imbal hasil obligasi negara AS secara luas dan mengimbangi penurunan nilai dolar AS pada akhir 2020.
“Saya berharap stimulus fiskal menjadi kekuatan pendorong kinerja relatif mata uang tahun ini karena secara langsung terkait dengan proses pemulihan ekonomi,” kata Ahli Strategi Investasi Northern Trust Asset Management, Wouter Sturkenboom.
Indeks dolar melonjak ke level tertinggi dalam satu bulan dan terakhir diperdagangkan di 90,94, level tertinggi sejak 21 Desember.
Setelah aksi jual dolar tahun lalu, pekan awal 2021 memperlihatkan pembalikan nilai dolar yang naik hampir 2 persen berkat kenaikan yang merata imbal hasil obligasi negara AS, meskipun analis tetap mewaspadai prospek kinerja jangka pendek.
Baca juga: WSJ: Janet Yellen sebut AS tidak mencari dolar yang lebih lemah
Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021