Pemerintah Afrika Selatan sedang berjuang untuk mendapatkan cukup vaksin COVID-19, setelah para petugas kesehatan dan ilmuwan secara terbuka mengkritik pemerintah karena tidak bergerak cukup cepat untuk memvaksin warganya.
Negara itu telah mencatat lebih dari 1,3 juta kasus infeksi corona dan lebih dari 37.000 kematian akibat COVID-19, yang merupakan jumlah terbesar di Afrika.
Business Day menyebutkan 9 juta dosis vaksin COVID Johnson & Johnson itu membuat total dosis vaksin COVID yang telah dijanjikan kepada Afrika Selatan menjadi lebih dari 30 juta.
Sekitar 12 juta dosis vaksin COVID untuk Afsel akan berasal dari skema distribusi vaksin global COVAX, sekitar 12 juta dari pengaturan Uni Afrika, dan 1,5 juta dari Serum Institute of India yang memproduksi vaksin COVID AstraZeneca.
Juru bicara kementerian kesehatan Lwazi Manzi tidak menanggapi pesan atau panggilan telepon untuk permintaan komentar perihal rencana penyediaan vaksin COVID Afrika Selatan. Begitu pula dengan pihak J&J yang belum menanggapi surel untuk permintaan komentar.
Anban Pillay, wakil direktur jenderal di kementerian kesehatan Afrika Selatan, mengatakan kepada Reuters bahwa selain 20 juta dosis yang dikatakan Presiden Cyril Ramaphosa pekan lalu telah diamankan, "dosis vaksin tambahan telah diamankan tetapi kami tidak dapat membuat pengumuman sampai kami mengatasi beberapa masalah dengan pemasok".
Kementerian kesehatan Afsel juga mengatakan pada awal bulan ini bahwa pihaknya sedang dalam negosiasi lanjutan dengan J&J.
Perusahaan farmasi lokal Aspen akan memproduksi vaksin COVID J&J. Namun, kecuali kesepakatan tegas ditandatangani dengan pemerintah Afrika Selatan, semua vaksin tersebut akan diekspor.
Sumber: Reuters
Baca juga: Afrika Selatan targetkan terima vaksin COVID-19 pada Februari
Baca juga: Keampuhan vaksin HIV pertama mulai diuji di Afrika Selatan
Baca juga: Vaksinasi Afrika Selatan bertujuan capai kekebalan kelompok
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021