Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat akan menempatkan para pengungsi yang dipusatkan di Stadion Mamuju guna mengantisipasi terjadinya gempa susulan yang bisa membahayakan jiwa masyarakat.

"Tadi kesepakatan kita, titik pengungsi ditempatkan di stadion, di situ aman dan jauh dari potensi bila terjadi gempa susulan dan tsunami," ucap Kepala Pelaksana BPBD Sulbar Darno Majid saat di konfirmasi, Jumat.

Ia menyampaikan atas nama Pemerintah Sulbar, BPBD dan instansi terkait lainnya, telah memutuskan seluruh pengungsi di tempatkan sementara di Stadion Mamuju, begitu juga yang ada di Kabupaten Majene, mengingat masih banyak pengungsi yang tidak tahu dimana lokasi paling aman.

Baca juga: Wapres doakan korban gempa Sulbar sebelum pimpin rapat

Baca juga: Gempa Sulbar, PMI kerahkan relawan dari Palu, Makassar

Penempatan lokasi pengungsi itu, kata dia, untuk memudahkan pengawasan, distribusi makanan dan keperluan lainnya serta lebih aman dan nyaman dibandingkan di tempat yang lain. Saat ini masih terlihat gelombang pengungsi di depan Rumah Jabatan Gubernur dan kantor BPBD setempat.

"Stadion di Mamuju dan Majene untuk menempatkan sementara pengungsi. Mereka juga harus diawasi agar mengantisipasi kondisi yang saat ini belum stabil, karena masih terasa gempa susulan dan ada kemungkinan potensi tsunami," tuturnya.

Tidak hanya itu, imbauan yang dikeluarkan Pemprov Sulbar serta arahan dari gubernur, kepada masyarakat yang mengungsi mencari tempat yang aman dan jauh dari potensi kerusakan yang ditimbulkan hingga mengakibatkan korban jiwa.

"Kami atas nama Pemprov Sulbar,dan atas arahan gubernur dan wakil gubernur, sekda mengimbau masyarakat, kalau mengungsi cari tempat yang aman, jangan sampai mengungsi ke gunung, lantas gunung itu longsor," ucapnya.

Menyinggung jumlah pengungsi sampai saat ini dan lokasi pengungsian, ia menyebut sedang dilakukan pendataan dan belum diketahui secara pasti.

"Belum ada laporan pasti, tapi sedang didata. Kami masih menunggu laporan resmi dan terus berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Mamuju dan Majene, serta kabupaten lain yang terdampak, " katanya.

Untuk kondisi kekinian, kata dia, selain aliran listrik padam, jaringan telekomunikasi juga ikut terputus, sehingga menghambat koordinasi penanganan bencana. Untuk itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan PLN serta provider penyedia layanan komunikasi segara memperbaiki jaringan tersebut.

Baca juga: Gempa Majene Sulbar adalah gempa berulang, sebut BMKG

"Listrik belum menyala dan komunikasi terputus, padahal ini sangat penting dalam memproses segala sesuatunya. Sekarang ini dilakukan evakuasi korban. Data-data yang diberikan masih data awal, sementara melakukan pencarian data. Kabupaten Mamuju dan Majene terparah," katanya.

Suasana dampak gempa dan evakuasi korban di Kota Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021). ANTARA/Amirullah.


Sementara itu, kondisi korban yang masih terjebak di reruntuhan bangunan, terdata sementara dua orang dan sedang dievakuasi tim Basarnas beserta TNI/Polri. Dua korban ini dikabarkan masih hidup, sehingga proses evakuasinya secara hati-hati.

"Dua orang tertimbun sedang dievakuasi, sementara ini kondisinya masih hidup karena masih terdengar suara. Kesepakatan kita, lakukan hati-hati dan tidak menggunakan eskavator saat mengangkat reruntuhan," ujarnya.

Baca juga: Presiden Jokowi sampaikan belasungkawa atas gempa di Sulawesi Barat

Baca juga: Delapan meninggal dan 637 luka akibat gempa di Sulbar

Kendati demikian, belum diketahui pasti apakah di dalam reruntuhan itu masih ada korban lain, yang masih hidup atau meninggal, sehingga kemungkinan bisa saja korbannya bertambah.

"Karena saya liat sudah rata, sekarang kita belum tahu di dalam, atau bagaimana kondisinya," kata Darno.

Sedangkan kondisi Rumah Sakit di Mamuju juga terdampak dan mengalami kerusakan. Pemprov Sulbar telah mendirikan tenda dibantu dari kabupaten terdekat.

"Kita menunggu tenda dari pusat. Insya Allah ada juga bantuan dari Palu dan Makassar akan segera tiba," tambahnya.

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021