Apalagi kepemilikan asing di pasar saham Indonesia pun masih berada di salah satu level terendah sejak 2013
Jakarta (ANTARA) - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pasar saham dan pasar obligasi Indonesia pada 2021 masih menarik bagi investor asing seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi baik global maupun domestik.
Equity Portfolio Senior Manager MAMI Samuel Kesuma mengatakan pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja minus 5,1 persen pada 2020 lalu sehingga Indonesia masuk ke dalam kelompok yang tertinggal.
"Dengan kenaikan tinggi yang mulai terjadi di dua pekan pertama tahun ini, memang valuasi pasar saham tidak semurah tahun lalu, namun secara relatif masih salah satu yang paling menarik bila dibandingkan dengan kawasan lain. Apalagi kepemilikan asing di pasar saham Indonesia pun masih berada di salah satu level terendah sejak 2013," ujar Samuel dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Samuel menuturkan pemulihan ekonomi global pada 2021, kondisi geopolitik yang lebih kondusif, dan kurs dolar AS yang relatif lemah, akan menopang sentimen pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia. Pemulihan pendapatan perusahaan juga akan berlangsung sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Pada 2021, MAMI mengunggulkan tiga sektor, yaitu sektor material dan energi, sektor telekomunikasi, dan sektor finansial. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak di kisaran 6.740 – 7.040.
Dari pasar obligasi, tahun lalu, pasar obligasi Indonesia membukukan kinerja yang sangat tinggi, sebesar 14,7 persen, dengan didukung oleh pemangkasan suku bunga global, tingginya likuiditas domestik dan manajemen utang pemerintah yang baik.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI Ezra Nazula mengatakan dibandingkan dengan kawasan lain, pasar obligasi Indonesia menawarkan imbal hasil riil yang superior, bahkan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia sebesar 3,6 persen.
Selain itu, kinerja pasar pada kuartal keempat tahun lalu juga didukung oleh aliran dana investor asing yang mulai kembali ke pasar obligasi Indonesia usai disahkannya Omnibus Law dan stabilnya nilai tukar rupiah, mendukung aksi beli investor lokal yang konsisten sepanjang tahun.
"Imbal hasil relatif tinggi yang ditawarkan pasar obligasi Indonesia masih akan menjadi daya tarik di tahun 2021, terutama bagi investor asing. Didukung oleh sentimen global maupun domestik yang lebih suportif akan berpeluang meningkatkan aliran real money. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi pasar obligasi Indonesia. Karena secara historis, nilai tukar cenderung bergerak searah dengan pasar obligasi," ujar Ezra.
Ezra menambahkan imbal hasil obligasi pemerintah dengan durasi 10 tahun berpotensi turun ke level 5,5 persen pada 2021, sehingga masih memberikan potensi "upside" bagi investasi di pasar obligasi.
Baca juga: Kemarin, pasar saham respons vaksinasi hingga kunjungan Menlu China
Baca juga: Indonesia pimpin kenaikan sejumlah pasar saham Asia
Baca juga: Menko Airlangga harap makin banyak perusahaan cari dana di pasar modal
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021