Washington (ANTARA) - Garda Nasional Amerika Serikat berjaga 24 jam di Capitol setelah kekerasan pekan lalu yang dilakukan pendukung Presiden Donald Trump.

Personel Garda Nasional itu memanfaatkan tidur siang di lorong dan di bawah patung Jenderal George Washington, yang memimpin Amerika Serikat meraih kemenangan dalam pertempuran kemerdekaan melawan Inggris lebih dari dua abad yang lalu.

Sejumlah besar anggota penjaga yang mengenakan seragam itu tampak kelelahan dan membawa senapan berjaga di luar gedung pada Rabu (13/1), sementara yang lain berjejer di koridor Capitol. Dewan Perwakilan Rakyat bertemu untuk mempertimbangkan memakzulkan Presiden Donald Trump atas perannya dalam serangan 6 Januari terhadap demokrasi Amerika, ketika para pendukungnya menyerbu gedung dengan amuk yang mematikan.

Pasukan Garda Nasional telah ditempatkan di dalam dan di luar kursi Kongres setidaknya sejak Jumat dan polisi DC telah memperkirakan 20.000 pasukan Garda Nasional di Washington untuk mengamankan kota itu sebelum pelantikan Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari. Tameng dan masker gas ditumpuk di lorong.

Pemagaran baru dan tindakan pengamanan lainnya juga dilakukan di sekitar gedung yang dipandang oleh banyak orang sebagai simbol demokrasi global yang penting. Pagar setinggi tujuh kaki (dua meter) telah didirikan di sekitar Capitol, dengan penghalang logam dan pasukan Garda Nasional melindungi gedung perkantoran kongres yang mengelilinginya.

"Serangan di Capitol adalah pemberontakan dengan kekerasan yang mengakibatkan pertumpahan darah Amerika," kata anggota DPR Hakeem Jeffries, seorang politisi Demokrat dari New York. "Dan itulah mengapa tindakan pengamanan yang luar biasa telah diambil.

"Petugas dipukuli secara brutal. Para penyerang ingin membunuh Nancy Pelosi, menggantung Mike Pence, dan memburu anggota Kongres yang duduk. Itu pemberontakan. Itu hasutan. Itu pelanggaran hukum. Itu teror," kata Jeffries.

Pihak sistem kereta bawah tanah Washington mengatakan akan menutup 13 stasiun hingga 21 Januari mulai Jumat - termasuk Union Station, pusat transit utama. Pihaknya juga menutup tiga stasiun pusat kota tersibuk.

Kepala Administrasi Penerbangan Federal Steve Dickson pada Rabu menandatangani sebuah perintah berisi "pendekatan tanpa toleransi" untuk setiap penumpang udara pengganggu setelah beberapa pendukung Trump mengganggu penerbangan setelah kekerasan Capitol minggu lalu. Perintah itu akan berlangsung hingga 30 Maret.

Pasukan Garda Nasional sering digunakan oleh negara bagian dalam membantu penegak hukum memadamkan protes selama setahun terakhir. Namun, keputusan untuk mempersenjatai mereka dengan senjata memperlihatkan kekhawatiran atas ancaman kekerasan lebih lanjut di hari-hari menjelang pelantikan.

Para pejabat mengatakan penting bagi pasukan untuk dipersenjatai untuk pertahanan diri mereka dan bahwa mereka masih dalam peran pendukung pasukan penegak hukum.

"Capitol menanggapi dengan cara yang tepat untuk memenuhi sifat ancaman keamanan parah yang ditimbulkan oleh teroris domestik dan supremasi kulit putih," kata Jeffries.

Dia mengatakan, Garda Nasional telah dianggap sebagai bagian dari gelembung keamanan untuk pelantikan, tetapi berdasarkan peristiwa pekan lalu, keamanan telah ditingkatkan.

Politisi Demokrat di DPR dan beberapa politisi Republik menyetujui pemakzulan Trump Rabu malam, secara resmi menuduhnya menghasut pemberontakan. Banyak politisi Partai Republik mempertanyakan apakah Kongres bergerak terlalu cepat.

Pemimpin Minoritas DPR Kevin McCarthy, petinggi Republik di dewan itu, telah menentang pemakzulan tetapi mengatakan: "Itu tidak berarti presiden bebas dari kesalahan. Presiden memikul tanggung jawab atas serangan Rabu di Kongres oleh massa perusuh."

Sumber : Reuters
Baca juga: Garda Nasional akan bawa senjata saat jaga pelantikan presiden AS
Baca juga: Kirim Garda Nasional ke Washington dapat hambat distribusi vaksin AS
Baca juga: Ratusan pasukan Garda Nasional AS lindungi monumen bersejarah

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021