Taipei (ANTARA) - Otoritas kesehatan Taiwan pada Rabu membenarkan adanya temuan kasus pertama varian COVID-19 Afrika Selatan yang sangat menular, yakni pada warga eSwatini yang kini dirawat di rumah sakit.
Menurut Central Epidemic Command Centre, infeksi tersebut dikonfirmasi pada Selasa oleh uji laboratorium.
Pria asal eSwatini berusia 30 tahun itu tiba di Taiwan pada 24 Desember untuk bekerja dan mulai menunjukkan gejala saat karantina dan awalnya dinyatakan positif COVID-19 pada 3 Januari, berdasarkan penjelasan sebelumnya yang dirilis oleh pemerintah.
Negara kecil di Afrika selatan eSwatini, yang sebelumnya dikenal sebagai Kerajaan Swaziland, merupakan satu-satunya sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa di benua tersebut.
Baca juga: Singapura akan larang masuk WNA yang punya riwayat perjalanan ke Afsel
Perdana Menteri Ambrose Dlamini meninggal di rumah sakit Afrika Selatan pada Desember lalu setelah terinfeksi COVID-19.
Secara terpisah, otoritas Taiwan pada Kamis mengatakan bahwa siapa pun yang tiba dari Afrika Selatan atau eSwatini, atau yang berada di negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari sebelumnya, harus menjalani karantina di fasilitas terpusat, yang juga telah diberlakukan bagi pendatang asal Inggris.
Afrika Selatan melaporkan kembali puncak pandemi, yakni lebih dari 21.000 infeksi harian COVID-19 pekan lalu, sehingga totalnya menjadi 1,2 juta lebih, tertinggi di benua Afrika. Sementara itu, kematian COVID-19 kini mencapai 33.000 lebih.
Taiwan sejauh ini mengkonfirmasi 843 kasus COVID-19, termasuk 7 korban jiwa. Hampir seluruh kasus COVID-19 di Taiwan berasal dari luar dan sekitar 100 orang kini dirawat di rumah sakit.
Sumber: Reuters
Baca juga: Taiwan laporkan kasus COVID-19 pertama setelah bebas penularan lokal
Baca juga: Taiwan cari mitra lokal kembangkan teknologi cegah COVID-19
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2021