Semua lokasi wisata yang selama ini dikelola oleh Balai Besar TNLL masih ditutup sementara hingga jangka waktu belum ditentukan
Palu (ANTARA) - Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) hingga kini masih menutup sejumlah lokasi destinasi wisata yang ada di dalam kawasan konservasi tersebut.
"Semua lokasi wisata yang selama ini dikelola oleh Balai Besar TNLL masih ditutup sementara hingga jangka waktu belum ditentukan," kata Koordinator Destinasi Wisata Danau Tambing, Asdin di Palu, Sulawesi Tengah, Senin.
Ia menjelaskan selama masa pandemi COVID-19 pada 2020 obyek wisata sempat ditutup dan baru dibuka kembali pertengahan tahun itu.
Baca juga: TNLL masih tutup destinasi wisata Danau Tambing
Setelah berjalan beberapa bulan, Danau Tambing yang merupakan salah satu destinasi unggulan di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang terletak di Kabupaten Poso tersebut kembali ditutup menyusul peristiwa serangan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Dusun Lewono, Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi awal Desember 2020.
Balai Besar TNLL sebagai pengelola beberapa destinasi wisata yang ada dalam kawasan konservasi sejak peristiwa itu kembali mengambil kebijakan untuk menutup objek wisata, termasuk ekowisata Danau Tambing.
Padahal kunjungan wisatawan setiap hari libur bisa mencapai lebih dari 1.000 orang per hari.
Baca juga: TNLL tutup jalur pendakian Gunung Lorekatimpu
Danau Tambing merupakan destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan, termasuk dari mancanegara, karena mereka ingin menikmati pemandangan dan mengamati serta mendengarkan suara berbagai jenis burung.
Danau Tambing, kata dia, dijuluki "surga burung" karena ada sekitar 270 jenis burung dan 30 persen di antaranya adalah satwa endemik.Satwa langka lainnya seperti kera hitam, burung rangkong, burung elang Sulawesi, burung hantu, dan juga rusa, anoa dan babi rusa
Selain itu tumbuh berbagai jenis tanaman langka seperti anggrek hutan, pandang hutan, kayu leda (kayu khas), dan kantong semar.
Baca juga: Balai Besar TNLL bahas pemasukan materi konservasi dalam kurikulum
Pewarta: Anas Masa
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021