Sentimen penguatan dolar AS masih tinggi pagi ini karena tingkat imbal obligasi AS yang masih meninggi

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin, diprediksi tertekan seiring ekspektasi pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

Pada pukul 9.40 WIB, rupiah melemah 64 poin atau 0,46 persen ke posisi Rp14.084 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.020 per dolar AS.

"Sentimen penguatan dolar AS masih tinggi pagi ini karena tingkat imbal obligasi AS yang masih meninggi di perdagangan hari Jumat kemarin," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun tutup di kisaran 1,12 persen, sebelumnya di 1,08 persen.

Menurut Ariston, sentimen tersebut sudah mendorong pelemahan nilai tukar negara berkembang pagi ini.

"Sentimen ini mungkin menjadi pendorong utama penekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.

Ariston menambahkan kenaikan imbal hasil obligasi tersebut kemungkinan karena indikasi pemulihan ekonomi AS.

"Bank Sentral AS dalam notula rapatnya Kamis pekan lalu juga menyampaikan pandangan yang lebih optimis terkait pemulihan ekonomi AS ini," katanya.

Ariston memperkirakan pada akhir tahun rupiah bergerak di kisaran Rp13.950 per dolar AS hingga Rp14.100 per dolar AS.

Pada Jumat (8/1) lalu, rupiah ditutup melemah 110 poin atau 0,79 persen ke posisi Rp14.020 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.910 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah akhir pekan ditutup anjlok, tembus level psikologis Rp14.000
Baca juga: Rupiah terkoreksi tembus level psikologis Rp14.000 per dolar
Baca juga: Rupiah ditutup melemah seiring koreksi mata uang kawasan

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021