berpotensi memukul lebih jauh industri transportasi udara yang sudah mengalami penurunan sejak adanya pandemi COVID-19Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama menyatakan, tragedi jatuhnya pesawat maskapai Sriwijaya Air SJ 182 perlu menjadi dasar untuk melakukan evaluasi terhadap aktivitas terkait penerbangan yang dilakukan seluruh maskapai.
"Jatuhnya pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air SJ 182 harus menjadi dasar evaluasi bagi seluruh maskapai penerbangan agar selalu berhati-hati dalam melakukan kegiatan penerbangan dengan memperhatikan faktor cuaca dan selalu melakukan perawatan pesawat sesuai ketentuan yang berlaku sehingga pesawat dapat benar-benar terkondisikan untuk laik terbang," kata Suryadi Jaya Purnama dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Menurut Suryadi, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera juga berharap agar pemerintah mengawasi secara ketat dan bertindak tegas apabila terdapat maskapai penerbangan yang tidak beroperasi sesuai dengan ketentuan.
Hal tersebut, lanjutnya, bisa dimulai dengan cara segera menyelesaikan masalah kompensasi terhadap ahli waris kecelakaan pesawat sebelumnya yang masih belum selesai.
Selain itu, ujar dia dengan segera dilakukannya investigasi dan dikeluarkannya rekomendasi dari KNKT, diharapkan nantinya dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat dan membantu industri angkutan udara agar tidak merosot lebih jauh di masa pandemi ini.
"Jatuhnya pesawat ini tentunya berpotensi memukul lebih jauh industri transportasi udara yang sudah mengalami penurunan sejak adanya pandemi COVID-19 ini. Oleh sebab itu evakuasi korban yang diikuti dengan recovery kotak hitam pesawat harus dilakukan secara cepat," ujarnya.
Hal ini, lanjutnya, agar proses investigasi terhadap penyebab jatuhnya pesawat dapat segera dilakukan dan rekomendasi perbaikan dari KNKT dapat segera diberikan untuk menghindari kecelakaan lainnya.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Baca juga: Ditpolairud tambah 12 penyelam hari ketiga pencarian Sriwijaya Air
Baca juga: Kemarin, Presiden fokus hilir nikel hingga evaluasi angkutan udara
Baca juga: Didirikan dapur umum di Posko Crisis Center Bandara Supadio
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021