Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari menguat 5,00 dolar AS atau 0,26 persen menjadi 1.913,60 dolar AS per ounce
Chicago (ANTARA) - Emas berjangka sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), rebound dari penurunan tajam sehari sebelumnya, setelah kenaikannya didukung prospek stimulus fiskal lebih lanjut di bawah pemerintahan Demokrat terganjal oleh dolar AS yang lebih kuat dan imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, menguat 5,00 dolar AS atau 0,26 persen menjadi ditutup pada 1.913,60 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (6/1/2021), emas berjangka anjlok 45,8 dolar AS atau 2,34 persen menjadi 1.908,60 dolar AS per ounce.

Emas berjangka naik 7,8 dolar AS atau 0,4 persen menjadi 1.954,40 dolar AS pada Selasa (5/1/2021), setelah melonjak 51,5 dolar AS atau 2,72 persen menjadi 1.946,60 dolar AS pada Senin (4/1/2021), dan naik tipis 1,7 dolar AS atau 0,09 persen menjadi 1.895,10 dolar AS pada Kamis (31/12/2020).

Baca juga: Wall Street dibuka naik setelah Kongres mengesahkan kemenangan Biden

Harga emas tertekan imbal hasil obligasi AS 10-tahun yang melonjak lebih dari satu untuk pertama kalinya sejak Maret. Imbal hasil yang lebih tinggi menarik beberapa "pelarian untuk mengamankan uang keluar dari pasar emas," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Tetapi, sementara dolar yang lebih kuat membebani emas, kenaikan greenback kemungkinan akan "berumur pendek," tambahnya, dikutip dari Reuters.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, rebound dari level terendah multi-tahun, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Kemenangan Demokrat dalam pemilihan putaran kedua Senat AS memicu ekspektasi inflasi saat investor menaikkan taruhan untuk lebih banyak stimulus fiskal, sementara Kongres AS mensahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

"Kemenangan ganda Demokrat di Georgia meningkatkan ekspektasi dukungan stimulus yang lebih besar dan belanja infrastruktur yang lebih tinggi," kata analis Standard Chartered, Suki Cooper, menambahkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi akan mendukung momentum kenaikan emas.

Emas nonimbal hasil dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang kemungkinan dipicu oleh langkah-langkah stimulus yang meluas.

"Akan ada lebih banyak sisi negatif untuk dolar, dan itu juga akan menjadi bullish untuk logam mulia," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.

Angka-angka ekonomi positif yang dirilis pada Kamis (7/1/2021) juga, mencegah kenaikan emas lebih lanjut. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pengajuan pertama kali klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 2 Januari berjumlah 787.000, di bawah ekspektasi pasar dan lebih rendah dari total minggu sebelumnya.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa indeks pembelian manajer (PMI) jasa-jasa meningkat menjadi 57,2 persen pada Desember, 1,3 poin persentase lebih tinggi dari angka November sebesar 55,9 persen dan naik untuk bulan ke-7 berturut-turut.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 21,9 sen atau 0,81 persen menjadi ditutup pada 27,261 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 14,4 dolar AS atau 1,3 persen menjadi menetap di 1.124,6 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas anjlok 45,8 dolar, setelah naik 5 hari beruntun
Baca juga: Dolar AS melambung, pasar antisipasi kemenangan Demokrat di Georgia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021