Manado (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Sulawesi Utara, dr Steaven Dandel MPH mengatakan orang yang mengidap alergi pernafasan berisiko tinggi alami efek samping suntikan vaksin.
"Kalau orang berbakat alergi, risiko terjadinya efek samping penyuntikan vaksin sangat tinggi misalnya shock anafilaksis," ujar dr Steaven di Manado, Kamis.
Orang yang mengidap asma, menurut dia, sama seperti orang alergi.
"Kalau alergi yang kita kenal biasanya manifestasi di kulit, kalau asma adalah manifestasi alergi di saluran pernafasan," ujarnya.
Baca juga: 100 vaksinator disiapkan jelang vaksinasi COVID-19 di Sulut
Baca juga: Pemprov Sulut masih tunggu juknis pemberian vaksin
Sebagaimana SK Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes No 02.02/4/1/2021 tentang Juknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan COVID-19, menjelaskan sedikitnya 14 kondisi tubuh yang tidak bisa diberi vaksin COVID-19 produksi Sinovac, asma termasuk di antaranya.
Dokter Steaven menambahkan, terkait proses vaksinasi, untuk tahap pertama ini akan diberikan untuk Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) dengan dua dosis (hari 0 dan hari ke- 14).
"Mereka akan mendapatkan notifikasi dengan pesan singkat untuk menuju tempat imunisasi. Jadi jadwalnya ditentukan oleh sistem," katanya.
Berikut 22.110 SDMK di Sulut dirunut berdasarkan jumlah SDMK yang akan mendapatkan vaksinasi berdasarkan kabupaten dan kota.
Kota Manado (6.497 orang), Kabupaten Minahasa (1.870 orang), Kabupaten Minahasa Utara (1.568 orang), Kota Tomohon (1.539 orang), Kota Kotamobagu (1.375 orang).
Selanjutnya, Kota Bitung (1.309 orang), Kabupaten Kepulauan Sangihe (1.227 orang), Kabupaten Minahasa Selatan (1.166 orang), Kabupaten Kepulauan Talaud (1.003 orang),
Kabupaten Bolaang Mongondow (974 orang), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (936 orang), Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (726 orang), Kabupaten Minahasa Tenggara (715 orang), Kabupaten Kepulauan Sitaro (702 orang), Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (503 orang).*
Baca juga: Bayang-bayang bebas pandemi makin semburat
Baca juga: WHO Eropa desak fleksibilitas pada waktu pemberian dosis vaksin
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021