"Makna filosofisnya tidak hanya untuk penampilan fisik, melainkan juga membayar utang supaya tidak mengalami rintangan dan menumpuk beban lagi," kata cendikiawan agama Khonghucu yang bermukim di Batam, Anly Cenggana, Senin, bertepatan dengan tanggal 24 bulan ke-12 (Jie Sie Cap Jie Gwee) kalender Imlek 2559.
Pada zaman modern, katanya, dalam praktik dibedakan antara utang biasa dengan utang kredit yang jangka waktu pencicilan atau pelunasannya ditentukan berdasarkan persetujuan para pihak.
Senin pekan ini atau sepekan menjelang Tahun Baru Imlek 2560 (26 Januari 2009), keluarga-keluarga beragama Khonghucu biasa membersihkankan rumah, perabotan, memangkas rambut, berpakaian rapi, selain sembahyangan di altar dalam rumah maupun kelenteng.
Pada hari itu, salah satu jenis persembahan di altar adalah kue keranjang yang disusun dalam jumlah ganjil, bertingkat-tingkat mulai terbesar di bawah hingga terkecil di atas.
Kue keranjang, sejenis dodol manis-lengket terbuat dari ketan dan gula, kata Anly yang berprofesi notaris, adalah perlambang pengharapan agar semua anggota keluarga satu-sama lain bersatu padu.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009