Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Pelaku usaha kecil dan menengah industri turunan tempe mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dan minyak goreng hingga kisaran Rp3 ribu per kilogram selama dua bulan terakhir.

Supriyanto (38), salah satu pelaku usaha industri penganan berbahan dasar tempe, Selasa mengatakan harus mengatur siasat agar produk jajanan yang diproduksi tetap laku di pasaran.

"Kami terpaksa memilih mengurangi marjin keuntungan demi mempertahankan produk keripik tempe dengan standar mutu yang sama sementara harga juga tidak berubah" kata pelaku UKM keripik tempe di Desa Sanggrahan Kecamatan Boyolangu ini.

Dikatakan, harga kedelai mulai naik usai pemilihan presiden Amerika Serikat pada November 2020.

Harga normal kedelai yang biasanya di kisaran Rp7 ribu per kilogran, kini mencapai Rp97 ribu per kilogram.

Menurut Supriyanto, kenaikan harga ini diperkirakan masih akan terus terjadi.

Diakui, selama ini Indonesia bergantung pada kedelai impor untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri.

Dalam sehari produksi, Supriyanto rata- rata mengolah minimal 50 kilogram kedelai untuk dijadikan keripik tempe.

Sejak harga kedelai impor naik, Supriyanto tidak mempunyai pilihan lain selain tetap berproduksi setiap hari. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021