Manado (ANTARA) - Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih mengatakan nilai ekspor berbagai komoditi Sulawesi Utara di tengah pandemi COVID-19 naik sebesar 149 persen dibandingkan tahun 2019 lalu.
"Dari sisi nilai ekspor kita memang mengalami peningkatan, sementara dari volume ekspor mengalami penurunan," ujar Donni di Manado, Selasa.
Nilai ekspor di tahun 2019 lalu, sebesar Rp1,89 triliun lebih, sementara di tahun 2020 naik sebesar Rp3,17 triliun lebih.
"Bila dilihat dari target gerakan tiga kali lipat ekspor pertanian atau Gratieks sebesar Rp2,12 triliun lebih atau terdapat selisih sebesar Rp1,27 triliun lebih," ujarnya.
Baca juga: Sulut ekspor semen 21,6 ton ke Brunai Darussalam
Baca juga: Sulut ekspor tepung kelapa ke Israel
Sementara itu, dari sisi volume ekspor di tahun 2019 sebanyak 517.357.536 kilogram, volume tersebut turun menjadi 363.330.692 kilogram, terjadi penurunan sebesar 154.026.944 kilogram atau sebesar 63 persen.
"Gambaran umum secara nasional memang demikian (volume ekspor menurun), tapi menariknya secara nilai ekspor meningkat," ujarnya.
Meningkatnya nilai ekspor, menurut dia, ikut dipengaruhi oleh harga di luar negeri yang lebih mahal, selain itu produk-produk olahan yang semakin banyak.
"Itu juga sejalan dengan hilirisasi produk, di mana sebelumnya berbentuk bahan mentah kemudian diolah dan diolah lagi, dan diproduksi lagi, seharusnya idealnya demikian," ujar dia.
Saat ini, Kementerian Pertanian mencanangkan program 'Gratieks', di mana semua daerah diberikan target ekspor meningkat sebesar 300 persen, termasuk Sulut.
"Kalau berdasarkan data kinerja ekonomi kita, Sulut angkanya meningkat sehingga melampaui target Gratieks," ujarnya.
Peningkatan dapat tergambar dari meningkatnya negara tujuan, ragam komoditas, serta pelaku usaha.*
Baca juga: Sulut ekspor komoditas perkebunan senilai Rp11,2 miliar
Baca juga: Bungkil kelapa primadona ekspor Sulut ke India saat pandemi COVID-19
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021