momentum bagi kita untuk melantangkan cinta kasih

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mendorong masyarakat mendukung vaksinasi dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan meskipun vaksin nantinya ada.

"Kita baru saja melewati 2020 yang penuh tantangan, hampir setahun penuh masa sulit akibat pandemi COVID-19, yang mendera kehidupan kita dengan ragam penderitaan dan kepiluan. Di balik kenyataan itu, kita patut mensyukuri penemuan vaksin, serta mendukung sepenuhnya gerakan vaksinasi yang diprogramkan oleh pemerintah," kata Gomar dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Senin.

Hal itu disampaikan dalam Ibadah Syukur Awal Tahun PGI pada 4 Januari 2021 secara virtual.

"Pergantian tahun selalu menjadi momen baik buat berefleksi untuk kita tetap 'eling', untuk tidak lupa siapa kita, dan tidak lupa pada tugas panggilan kita untuk beribadah dan mengabdi, pro deo et patria," ujarnya.

Gomar menuturkan gereja harus terus mendorong agar masyarakat tidak menjadi lengah sekalipun telah divaksin.

Menurut dia, upaya menjaga imunitas dan menerapkan protokol kesehatan harus menjadi kebiasaan baru.

"Bagaimanapun virus corona yang kita hadapi, yang adalah juga makhluk hidup, akan terus berjuang hidup dan akan senantiasa menjegal kita bila tidak waspada," tuturnya.

Dalam menjalani 2021, di tengah ketidakpastian kapan pandemi dan dampak buruknya akan berakhir, gereja harus terus mengumandangkan semangat dan menumbuhkan harapan agar pandemi tidak berubah menjadi pandemi keputusasaan.

Gereja-gereja diajak untuk semakin bersatu hati dalam arakan oikoumene merespons fenomena-fenomena kehidupan baik di tengah bangsa maupun di seluruh dunia.

"Sekalipun pandemi COVID-19 masih terus membayangi perjalanan kita sebagai gereja, demikian pula beragam persoalan sosial, politik dan ekonomi yang suatu waktu dapat menyulitkan, tidak harus membuat kita pesimis. Sebaliknya, hal tersebut juga perlu dilihat sebagai momentum bagi kita untuk melantangkan cinta kasih," tuturnya.

Selain pandemi, Gomar menuturkan masyarakat juga berhadapan dengan masalah sosio-politik yang menuntut peran profetis sebagai gereja. Salah satu masalah laten yang hingga kini masih dihadapi adalah korupsi, yang menjadikan sebagian besar masyarakat tetap terpuruk dalam lembah kemiskinan.

Dalam perspektif gereja, korupsi bukan hanya masalah penyelewengan untuk keuntungan pribadi, tetapi terutama adalah kerusakan atau kebobrokan integritas, atau moral, yakni kebobrokan moral manusia.

"Masalah korupsi ini tidak bisa dilepaskan dari budaya dan sistem perpolitikan kita yang masih carut marut. Di samping minimnya etika politik, kita menyaksikan betapa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk mengikuti kontestasi pemilu, baik pileg, pilpres maupun pilkada," tuturnya.

Dia mengatakan maraknya politik transaksional telah menyuburkan praktik korupsi. Akibatnya, lembaga-lembaga demokrasi yang mestinya menjaga kepentingan masyarakat banyak, malah terus menerus menggerus kekayaan negeri untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

"Korupsi itu pun tidak mengenal waktu atau keadaan, bahkan terhadap masyarakat yang menderita akibat pandemi COVID-19 ini, bantuan sosial yang menjadi haknya juga tidak luput disunat," ujarnya.

Sementara itu, Gomar menuturkan pemajuan hak asasi manusia (HAM) yang menjadi tumpuan dan harapan masyarakat sepertinya masih jalan di tempat.

Baca juga: Wapres ingatkan peran tokoh agama tanggulangi COVID-19

Baca juga: Tokoh agama didorong jadi teladan jalankan protokol kesehatan

Berbagai pelanggaran HAM masa lampau juga harus segera diselesaikan.

Selain itu, masalah radikalisasi dan terorisme juga masih terus membayangi perjalanan bangsa Indonesia.

"Gugatan atas Pancasila sebagai dasar bersama sebagai bangsa masih terus terjadi oleh sekelompok orang. Penyebaran ujar kebencian, pola hidup sektarian dan aksi intoleran seolah menjadi keseharian, yang mengancam sendi-sendi kehidupan bersama kita sebagai masyarakat majemuk," katanya.

Pembiaran terhadap fenomena ini serta kecenderungan impunitas terhadap para pelaku yang mengatasnamakan agama bukan tidak mungkin akan berujung pada radikalisme dan terorisme, tuturnya.

Baca juga: PGI minta gereja terus berkoordinasi dengan Gugus Tugas lokal

Baca juga: PGI: Umat Kristen harus bersatu lawan COVID-19

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021