Mexico City (ANTARA) - Otoritas Meksiko mengatakan sedang mempelajari kasus dokter perempuan berusia 32 tahun yang dirawat di rumah sakit usai menerima vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech.
Dokter, yang identitasnya tidak diungkap, dibawa ke ICU rumah sakit umum di Negara Bagian Nuevo Leon setelah mengalami kejang, kesulitan bernapas dan ruam pada kulit.
"Diagnosa awal encephalomyelitis," demikian pernyataan Kementerian Kesehatan pada Jumat malam. Encephalomyelitis merupakan peradangan pada otak dan sumsung tulang belakang.
Kementerian menambahkan bahwa dokter tersebut memiliki riwayat reaksi alergi. Otoritas juga menyebutkan tidak ada bukti dari uji klinis bahwa seseorang mengalami peradangan otak setelah mendapatkan vaksin.
Pfizer dan BioNTech tak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Lebih dari 126.500 orang di Meksiko meninggal karena COVID-19. Negara itu mulai mendistribusikan gelombang pertama vaksin COVID-19 kepada petugas kesehatan pada 24 Desember.
Sumber: Reuters
Baca juga: Survei LKPI catat 81,7 persen responden siap divaksin COVID-19
Baca juga: Vaksin Sinovac mengandung boraks dan "hanya untuk kelinci percobaan"? Cek faktanya!
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021