Aplikasi ini untuk mendeteksi dini ketahanan keluarga dengan tujuh instrumen yang merupakan inovasi aplikasi sosial bidang keluarga yang pertama di Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Guru besar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University Prof Euis Sunarti mengembangkan aplikasi yang dapat mendeteksi kerentanan keluarga secara dini dinamakan FamLink.

"Aplikasi ini untuk mendeteksi dini ketahanan keluarga dengan tujuh instrumen yang merupakan inovasi aplikasi sosial bidang keluarga yang pertama di Indonesia," kata Euis melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Tujuh instrumen dalam FamLink adalah SIAP-GA untuk mengukur kesiapan berkeluarga, SIREN-GA untuk mendeteksi kerentanan keluarga, dan FUNGSI-GA untuk mengukur tingkat keberfungsian keluarga.

Kemudian, AKSI-GA untuk mengukur interaksi keluarga, Resiliensi-GA untuk mengukur investasi keluarga dalam membentuk faktor pelindung dari krisis, HAN-GA untuk mengukur ketahanan keluarga, dan LING-GA untuk mengukur persepsi keluarga terhadap lingkungan internal maupun eksternal baik aspek fisik maupun nonfisik.

"Melalui aplikasi ini, setiap keluarga di Indonesia dapat memperoleh gambaran deteksi dini ketahanan keluarga serta saran dari pakar secara mudah," katanya.

Ia mengatakan keluarga merupakan institusi pertama dan utama, juga unit sosial terkecil pembangun manusia berkualitas dan masyarakat madani sekaligus sebagai pondasi dan benteng ketahanan dan peradaban bangsa.

"Hal-hal berdampak negatif yang bersumber dari keluarga harus menjadi perhatian bersama dan dapat dicegah. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu menyukseskan pembangunan manusia berkualitas di Indonesia," katanya.

Euis mengatakan pandemi COVID-19 telah mengganggu berbagai sendi kehidupan, termasuk ketahanan keluarga. Banyak rumah tangga mengalami ketidaktahanan pangan, stress, dan tekanan ekonomi akibat pandemi.

Menurut dia kejahatan dan krisis yang tidak dikehendaki dapat dicegah melalui deteksi dan diagnostik ketahanan keluarga secara dini.

Sarana pencegahan kerapuhan dan kerentanan keluarga sebenarnya tersedia, tetapi masyarakat enggan mengungkapkan kerentanan dan kerapuhan dalam keluarga. Apalagi, media konsultasi dengan pakar secara tatap muka sulit dilakukan karena pandemi, demikian Euis Sunarti ​​​​​​.

Baca juga: Ahli IPB: Ketahanan keluarga butuh harmonisasi maskulinitas-feminitas

Baca juga: Menko PMK tekankan ketahanan keluarga saat diskusi FEMA IPB

Baca juga: Pakar: 77,5 persen keluarga hemat pengeluaran pangan selama pandemi

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020