Jakarta (ANTARA News) - Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon mengatakan, tantangan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL) semakin berat, menyusul masih panasnya situasi di Jalur Gaza.

"Pada saat ini dengan berkembangnya situasi di wilayah sekitar, personel di UNIFIL akan menghadapi tantangan yang jauh lebih berat," kata Ban Ki Moon saat mengunjungi Markas Besar UNIFIL di Naqoura, Lebanon seperti disampaikan dalam siaran pers Penerangan Kontingen Garuda (Konga) XXVI-A yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Dalam kunjungannya, Ki Moon mengatakan, UNIFIL merupakan salah satu misi PBB yang tertua dan terbesar, serta merupakan salah satu misi yang paling berbahaya dengan telah banyaknya personel UNIFIL yang meninggal dalam tugasnya apalagi dengan adanya konflik Gaza.

Karena itu, Sekjen PBB meminta seluruh personel UNIFIL peduli atas semua hal yang terjadi di bagian selatan Lebanon, selain mengembangkan rasa patriotisme, kepemimpinan dan kerja sama dengan Lebanon Armed Forces (LAF) sehingga dapat mencapai kemajuan dalam mengimplementasikan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701.

Dedikasi dan kerja keras, ditegaskan Ban Kin Moon, merupakan hal yang utama untuk diperhatikan dalam penyelenggaraan tugas memelihara perdamaian terutama di daerah sekitar "blue line" wilayah perbatasan Israel-Lebanon.

Sebelum mengunjungi UNIFIL HQ, Sekjen PBB mengunjungi Kontingen Korea Selatan yang berada di Pos UN 2-5. Kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Pos UN 1-31, yang merupakan salah satu pos Kontingen Italia yang berada di dekat patok perbatasan Israel-Lebanon.

Agresi Israel terhadap Palestina yang berlangsung dua pekan, bisa menimbulkan aktivitas balas dendam terhadap Israel yang dilakukan pengungsi Palestina dan juga pendukung Hammas di Lebanon.

Terkait itu, Komandan UNIFIL menyatakan status siaga UNIFIL naik menjadi "Kuning Plus", serta memerintahkan semua unit melakukan pengawasan melekat dan keamanan di daerah operasi terutama daerah selatan Lebanon .

Selain itu, seluruh unit UNIFIL di lapangan diminta dapat mendeteksi dan encegah semua aktivitas mencurigakan atau aktifitas permusuhan, melalui pelaksanaan konsep operasi di enam titik di sepanjang sungai Litani, dengan berkoordinasi melekat dengan Lebanese Armed Force (LAF).

Peningkatan pengamanan juga dilakukan di area 15 kilometer dari Blue Line atau pagar pembatas antara Lebanon dengan Israel dengan memeriksa secara rutin tempat peluncuran roket lama dan kemungkinan peluncuran roket baru.

Beberapa waktu silam, tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon menghantam Israel utara dan mengakibatkan dua orang luka ringan.

Roket-roket itu adalah yang pertama ditembakkan dari Lebanon sejak tahun 2007, dan terjadi pada hari ke-13 serangan negara Yahudi itu di Jalur Gaza. Tidak segera jelas siapa yang menembakkan roket-roket itu.

Sumber-sumber keamanan Lebanon menyebutkan, sekitar tiga sampai lima roket ditembakkan dari Lebanon selatan ke Israel utara.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009