Baturaja (ANTARA) - Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) Jejak Bumi Indonesia Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan akan melestarikan pohon langka yaitu damar jenis mata kucing karena salah satu plasma nutpah lokal produktif yang nyaris punah.
Pendiri Perkumpulan LLH Jejak Bumi Indonesia, Ogan Komering Ulu (OKU), Hendra A Setyawan di Baturaja, Senin mengatakan pelestarian ini dilakukan menyikapi nyaris punahnya damar mata kucing di OKU.
Hendra menjelaskan, Damar mata kucing adalah jenis damar yang langka di Indonesia khususnya di Sumsel, bahkan keberadaannya saat ini nyaris punah.
Baca juga: Damar Kurung dijadikan ikon Kabupaten Gresik-Jatim
Damar mata kucing ini memiliki getah putih bersih dan ketinggian pohonnya mencapai 40-50 meter dengan diameter pohon 5 meter.
Getah pohon ini biasa dibuat sebagai bahan baku varnish, kosmetik, untuk membatik, cet dan lainnya.
"Keistimewaan damar mata kucing ini memiliki getah yang bening putih bersih,” jelasnya.
Damar mata kucing ini memiliki daya ekonomi tinggi dengan harga getah bersih saat ini mencapai Rp30.000 per kilogram.
“Bayangkan saja dalam satu batang bisa menghasilkan ratusan kilogram getah tentunya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat OKU jika memiliki banyak pohon damar,” ujarnya.
Baca juga: Jasamarga Pandaan-Malang tanam seribu pohon damar di sepanjang tol
Namun diakui Hendra, produktifitas pohon damar memakan waktu yang cukup lama bisa mencapai 20-25 tahun pohon baru siap panen.
"Pelestarian damar mata kucing ini sesuai dengan program satu miliar pohon yang dicanangkan oleh Perkumpulan LLH Jejak Bumi Indonesia yang menjadi payung program Jejak," katanya.
Perkumpulan LLH Jejak Bumi Indonesia akan berupaya untuk melestarikan damar mata kucing ini dengan mendorong Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lembaga negara dan swasta termasuk Jejak untuk membangun program damar yang berkelanjutan
"Kami juga akan memetakan potensi damar mulai dari hulu ke hilirnya, baik dari pohon hingga pasar damar," ujar dia.
Baca juga: Potensinya besar, ekspor getah damar Lampung tembus enam negara
Pewarta: Edo Purmana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020