Indonesia dibangun atas kesepakatan bersamaJakarta (ANTARA) - Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahida atau Alissa Wahid putri sulung Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid mengatakan semasa hidup Gus Dur pernah mengatakan bahwa Indonesia ada karena keberagaman.
"Kalau tidak ada keberagaman, tidak perlu ada Indonesia," kata dia saat diskusi lintas agama dengan tema "Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam kebinekaan" yang dipantau di Jakarta, Ahad.
Hal itu dituliskan oleh Gus Dur dalam sebuah buku tentang pasangan Konghucu yang sedang memperjuangkan hak sipilnya.
Baca juga: Inayah Wahid: Keberagaman adalah kekuatan demokrasi
Ia mengatakan apabila para pendiri bangsa pada saat itu tidak mampu mempersatukan diri, maka tidak akan pernah ada Indonesia.
Oleh karena itu, hingga kini tidak ada satu pun kelompok atau suku tertentu di Tanah Air yang bisa mengklaim bahasa daerah mereka merupakan bahasa asli Indonesia.
Pada kesempatan itu, Koordinator Nasional Jaringan GusDurian tersebut mengatakan jika berbicara masalah bangsa, masyarakat Indonesia agak aneh dan cenderung memaksa.
Baca juga: Prof Wardiman: Penguatan toleransi diperlukan di tengah keberagaman
Bangsa Indonesia, ujarnya, memiliki beragam ras. Misalnya ras Melayu atau ras Melanesia khususnya di Indonesia bagian timur.
"Jadi Indonesia adalah sebuah gagasan yang mempertemukan kebinekaan," kata Alissa.
Yang terjadi saat ini ialah masih ditemukannya mayoritarianisme atau merasa kelompok mayoritas di suatu daerah.
"Ada perasaan saat kelompok mayoritas di tanah ini, kelompok saya yang paling berhak menentukan segala-galanya," ujar dia.
Baca juga: Fahri: Keberagaman jadi format Indonesia mempersatukan dunia
Untuk itu, peran Polri dan TNI dibutuhkan dalam memecahkan masalah tersebut dan tentunya bertumpu pada hak konstitusi warga negara.
Sebab, Indonesia tidak dibangun atas dasar teori konflik. Artinya, kelompok mayoritas bisa menang di atas kelompok minoritas.
"Indonesia dibangun atas kesepakatan bersama," katanya.
Baca juga: Sekjen Liga Muslim: Keberagaman seharusnya tak jadi penyebab konflik
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020