Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas kembali menegaskan dan mengajak masyarakat di Tanah Air agar menjadikan agama sebagai sebuah inspirasi bukan aspirasi.
"Kita merasakan beberapa tahun belakangan agama sudah atau ada yang menggiring agama menjadi norma konflik," katanya saat diskusi lintas agama dengan tema "Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Kebinekaan" yang dipantau di Jakarta, Ahad.
Dalam bahasa paling ekstrem, ujar dia, siapapun yang berbeda keyakinannya, dianggap lawan atau musuh. "Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau bahasa lainnya populisme Islam," katanya.
Baca juga: Menag tegaskan janji lawan intoleransi saat hadiri Natal WNI di AS
Pemerintah dan semua elemen masyarakat diyakininya tidak ingin populisme Islam tersebut terus berkembang, karena dapat mengganggu kebinekaan Indonesia.
Oleh karena itu, pria yang kerap disapa Gus Yaqut tersebut menegaskan agama harus dijadikan sebagai sumber inspirasi bukan aspirasi.
Sebab, bila agama dijadikan sumber aspirasi dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak tepat, bisa berbahaya.
Secara umum, ia mengatakan Indonesia berdiri dengan penuh keberagaman mulai dari agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan Konghucu. Oleh karena itu, bila ada pihak-pihak yang ingin menghilangkan salah satu atas dasar agama, hal itu sama saja tidak mengakui Indonesia.
Baca juga: Menag siap fasilitasi dialog antarumat beragama
Baca juga: Menag: Setiap warga negara berhak dilindungi di mata hukum
"Indonesia berdiri antarkultur dan budaya maupun agama yang ada di Indonesia ini," ujar dia.
Ia mengatakan bila tetap masih ada pihak-pihak yang demikian, sebagai Menteri Agama yang baru saja dilantik, ia akan melawannya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020