pembeli membutuhkan kepastian pembangunan terutama jadwal serah terima
Jakarta (ANTARA) - PT Urban Jakarta Propertindo Tbk menunjuk PT Waskita Karya (Persero) Tbk untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi apartemen berkonsep Transit Oriented Development (TOD) Urban Suites di Caman, Kota Bekasi.
"Pengalaman selama 60 tahun membangun hunian menjadi salah satu pertimbangan memilih Waskita Karya. Disamping itu, dengan kondisi ekonomi yang masih tertekan akibat pandemi, pembeli membutuhkan kepastian pembangunan terutama jadwal serah terima," kata pemegang saham utama PT Urban Jakarta Propertindo, Robert Soeharsono di Jakarta, Jumat.
Pembangunan fase I hunian yang memiliki akses langsung dengan stasiun LRT Caman ini diperkirakan menelan biaya Rp2,5 triliun meliputi hunian dan mal.
Robert juga menjelaskan sesuai dengan konsep TOD apabila seluruh proyek rampung maka akan tersedia 1.500 unit apartemen. Artinya terdapat kendaraan sejumlah itu yang tidak lagi lalu lalang di jalanan Ibu Kota.
Untuk penjualan, Robert menjelaskan belum bisa dilaksanakan saat ini meskipun pemerintah menargetkan pelaksanaan vaksin COVID-19 pada awal 2021.
Baca juga: MRT Jakarta perkuat sinergi dorong pembentukan TOD
"Kita tunggu sampai ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi pulih, baru proyek ini diperkenalkan kepada publik kemungkinan pada kuartal I 2021," ujar Robert.
Sedangkan untuk pembangunannya sendiri diperkirakan dilaksanakan pada kuartal III 2021 (ground breaking) untuk pembangunan mal terlebih dahulu.
Berdasarkan perhitungan, apabila LRT dapat beroperasi pada tahun 2021 maka memiliki potensi untuk mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di DKI Jakarta sampai dengan 38 persen.
Robert selaku pengembang sejumlah proyek TOD di Jakarta dan Bekasi optimis tren hunian dengan akses langsung ke transportasi publik akan menjadi tren ke depan di Ibu Kota.
"Kepraktisan menjadi alasan bagi warga di DKI Jakarta membeli hunian berkonsep TOD," kata Robert.
Baca juga: MRT Jakarta- TransJakarta setor modal untuk PT ITJ kelola TOD
Robert menjelaskan ada kecenderungan warga Jakarta terutama dari kalangan muda sekarang ini lebih memilih menggunakan transportasi publik ketimbang menggunakan kendaraan pribadi.
Alasan utamanya, menggunakan transportasi publik, selain nyaman juga lebih terjangkau dibandingkan apabila menggunakan kendaraan pribadi.
Menurut Robert berdasarkan kalkulasi apabila menggunakan kendaraan pribadi setiap bulannya seseorang harus mengeluarkan biaya Rp7 juta meliputi parkir, BBM, jalan tol, pemeliharaan kendaraan, pajak kendaraan dan cicilan kendaraan.
Hal ini belum termasuk kerugian akibat waktu yang terbuang di jalan akibat kemacetan.
Angka ini, menurut Robert masih dapat bertambah mengingat pemerintah pada 2021 masih akan menaikkan tarif parkir dan memberlakukan kebijakan jalan berbayar (electronic road pricing/ ERP) untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.
Baca juga: Urban Jakarta Propertindo dukung pengurangan kendaraan pribadi
Dengan angka sebesar itu, jelas Robert, pemilik kendaraan pribadi sudah dapat memiliki apartemen berkonsep TOD di Caman Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Jakarta Timur.
"Kalau berdasarkan hitungan kami, biaya yang dikeluarkan menggunakan kendaraan pribadi masih lebih mahal ketimbang memiliki apartemen dengan akses transportasi publik. Disamping itu harga apartemen setiap tahun mengalami kenaikan, berbeda dengan kendaraan yang setiap tahun terdepresiasi," jelas Robert.
Fenomena kalangan muda lebih memilih hunian ketimbang kendaraan pribadi sudah terlebih dahulu terjadi di kota-kota besar dunia seperti Tokyo, Singapura dan New York.
Indenesia baru memulai pada tahun ini, seiring dengan gencarnya pembenahan transportasi publik di DKI Jakarta.
Robert juga menyampaikan satu lagi syarat hunian TOD adalah memiliki ruang kerja bersama (co working space) yang dilengkapi dengan layanan internet berkecepatan tinggi untuk menunjang pekerjaan penghuni apartemen.
Baca juga: Ubah wajah Jakarta, MRT kembangkan lima kawasan TOD tematik
Dengan demikian, jelas Robert, aktivitas pekerjaan bisa dilakukan dari dalam kawasan. Kalaupun harus keluar bisa dilakukan menggunakan transportasi publik.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020