Mundur dari Denmark Open

Dari sekian banyak turnamen yang ditangguhkan oleh BWF, Denmark Open menjadi satu-satunya turnamen yang digelar sesuai jadwal pada 13-18 Oktober 2020 di Odense Sports Park, Odense, Denmark.

Namun, BWF tak mau begitu saja memberi izin. Mereka menuntut panitia agar menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar virus corona tidak menyebar kepada pemain, pelatih, ofisial dan staf.

BWF juga mewajibkan penggunaan masker setiap waktu, kecuali para pemain yang sedang bertanding, menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan dan selalu menjaga jarak aman.

Tidak itu saja, BWF menerapkan aturan baru kepada atlet, yakni larangan kontak fisik, baik jabat tangan, pelukan maupun bertukar raket atau kaos. Kontak hanya dilakukan singkat sekali, berupa isyarat pada awal dan akhir pertandingan.

Jepang, Taiwan, India, Prancis, Jerman, Spanyol, Inggris, Rusia, Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Swiss, Ceko, Estonia, Hungaria, Swedia, Finlandia, Ukraina, Skotlandia, Wales, Norwegia dan Irlandia menyambut baik turnamen level Super 750 ini dan mengirimkan wakil-wakilnya.

Sebaliknya Indonesia mengambil keputusan berbeda dengan tidak mengirimkan satu pun wakilnya ke turnamen bergengsi tersebut.

Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto menyampaikan dua alasan yang mendasari pertimbangan Indonesia menarik diri dari turnamen itu.

Pertama, kekhawatiran para atlet terhadap kemungkinan terpapar COVID-19, baik dalam perjalanan, di tempat transit maupun di lokasi pertandingan.

Baca juga: Final Denmark Open 2020, Marin bertekuk lutut hadapi Okuhara

Kedua, atlet dan ofisial ragu ikut ambil bagian dalam turnamen ini karena tidak ada jaminan dari BWF.

Pemain ganda putra Hendra Setiawan mengatakan keputusan Indonesia tidak berpartisipasi dalam Denmark Open 2020 sudah dipikirkan matang-matang.

“Tahun ini kami belum berani menempuh perjalanan jauh, seperti ke Eropa. Mungkin tahun depan kami bisa mulai lagi, tapi lihat-lihat dulu seperti apa situasinya. Kami juga harus mengetahui protokol kesehatan yang diterapkan di negara penyelenggara karena itu merupakan faktor penting yang bisa membuat kami merasa aman untuk bertanding,” papar Hendra.

Selain Indonesia, beberapa negara lain seperti Malaysia, China dan Thailand juga menarik diri.

Keputusan Indonesia itu menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan pemain dan ofisial adalah prioritas.

Padahal kalau mengirimkan perwakilan, mungkin Indonesia bisa mempertahankan gelar juara bertahan dan memboyong lebih dari satu gelar. Dalam turnamen ini edisi 2019, tim Garuda menyabet dua gelar juara lewat ganda putra Marcus/Kevin dan ganda campuran Praveen/Melati.

Tahun depan, Indonesia menghadapi jadwalyang padat. Diawali dengan tiga turnamen berturut-turut di Bangkok, Thailand, yakni Yonex Thailand Open pada 12-17 Januari 2021, Toyota Thailand Open pada 19-21 Januari dan BWF World Tour Finals 2020 pada 27-31 Januari 2021.

Kemudian Olimpiade Tokyo, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, Piala Thomas dan Uber serta turnamen-turnamen besar lainnya yang tahun ini tak diselenggarakan gara-gara pandemi.

Mari berharap pandemi segera berakhir sehingga kita bisa menyaksikan kembali bintang-bintang bulu tangkis Indonesia berjuang mengharumkan nama negaranya di kancah internasional.

Baca juga: Taklukkan Gregoria, Putri juara grup turnamen internal PBSI

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2020