Pada kesempatan itu, BEM Nusantara menegaskan siap menjadi mitra kritis sekaligus perpanjangan tangan pemerintah untuk menyosialisasikan berbagai kebijakan serta akan memberikan sumbangsih pemikiran untuk kemajuan bangsa Indonesia.
“Kunjungan ini sebagai gerakan dan pola baru mahasiwa karena sudah merasa ada kemudahan untuk bersentuhan dengan Pemerintah. Oleh karena itu kami akan menjadi mitra kritis pemerintah,” tutur Koordinator Pusat BEM Nusantara Hengky Primana saat menggelar audiensi dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Moeldoko minta tak ada kerumunan dan kemacetan libur akhir tahun
BEM Nusantara menilai Pemerintah sudah sangat terbuka dengan aspirasi mahasiswa. Hengky berharap segala sesuatu yang dilakukan BEM Nusantara menjadi sesuatu yang konstruktif bagi Pemerintah.
Adapun pada kesempatan tersebut, Hengky menjelaskan alasan BEM Nusantara tidak turun ke jalan terkait pengesahan UU Ciptaker. Hal ini disebabkan BEM Nusantara memandang ada hal yang lebih besar yang harus dijaga, yakni keselamatan dan kesehatan masyarakat dalam penanganan pandemi COVID-19.
“Kami tidak ingin tergiring pada opini yang belum tentu kebenarannya. Maka kami memutuskan untuk mengambil jalur yudicial review ketimbang turun ke jalan,” jelas Hengky.
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan BEM Nusantara juga menyampaikan harapan agar Moeldoko bersedia menjadi pembina BEM Nusantara. Tujuannya agar mahasiswa sebagai cikal bakal penerus estafet kepemimpinan ke depan, bisa membuat Indonesia lebih makmur dan lebih maju.
Moeldoko pun menghargai cara-cara baru yang disampaikan BEM Nusantara. Menurut Moeldoko, saat ini mahasiswa tidak perlu lagi menunjukkan aspirasinya melalui demonstrasi, tapi bisa dengan cara demo kreasi.
Baca juga: Pemerintah dorong lebih banyak kabupaten/kota ramah HAM
“Demo kreasi itu jauh lebih produktif daripada demonstrasi. Jadi, bagaimana menunjukkan kreasi dan hasil inovasi, itu yang patut kita hargai,” jelas Moeldoko.
Untuk itu, Moeldoko pun siap memberi ruang untuk menjalin komunikasi lebih jauh dengan para mahasiswa. Apalagi, kata Moeldoko, mahasiswa itu harus menjadi jembatan masyarakat dan Pemerintah.
“Ada banyak cara. Tidak harus ramai-ramai, demonstrasi berlebihan. Bisa minta waktu, terutama melalui KSP. Karena KSP ini terbuka lebar, ada program KSP Mendengar. Kami biasa mendengarkan persoalan di masyarakat,” ujar Moeldoko.
Menutup pertemuan ini, Moeldoko menegaskan, masalah negara tidak bisa hanya diselesaikan oleh Pemerintah sendiri. Dibutuhkan kerja sama berbagai elemen, dengan saling bergandeng tangan, saling membesarkan, dan tidak saling mengecilkan. Dia juga menyatakan siap untuk menjadi pembina BEM Nusantara.
Baca juga: Moeldoko dengarkan cerita sukses peserta Kartu Prakerja
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020