Jakarta (ANTARA) - Menginap di bandara bukan hal aneh, apalagi bila Anda ketinggalan pesawat. Tapi memilih untuk berlibur di tenda yang didirikan di bandara adalah hal berbeda.
Akibat pandemi virus corona yang membatasi perjalanan ke luar negeri, sebagian warga di Singapura memilih untuk liburan dengan cara "glamping" alias kemping dengan gaya lebih mewah, menginap di tenda berisi fasilitas beragam di bandara Changi.
"Biasanya kami ke luar negeri setiap liburan tapi karena sekarang tidak bisa kemana-mana dan sedang libur sekolah, saya pikir mengapa tidak melakukan hal yang berbeda untuk anak-anak," kata Fadlina Musa kepada Reuters.
Glamping tidaklah murah. Tamu harus merogoh kocek hingga 360 dolar Singapura (Rp3,8 juta) semalam untuk fasilitas tempat tidur ukuran queen, diskon belanja, satu kotak pendingin untuk piknik dan kemeriahan dari lampu-lampu Natal. Fasilitas kamar mandi pribadi tidak tersedia.
Taman yang dilengkapi pendingin udara juga air terjun di dalam ruangan memberikan kesan berada di luar rumah, tapi tidak ada serangga, hujan dan udara lembap.
Serene Beh, seorang manajer yang mengunjungi mal bersama keluarganya, mengatakan dia suka dengan gagasan liburan ini bila harganya cocok.
"Saya akan lihat-lihat paketnya," kata dia. "Kalau sepadan, sepertinya akan jadi pengalaman menarik untuk anak-anak yang belum pernah berkemah."
Baca juga: Ingin liburan tapi takut ke hotel, coba "campervan"
Baca juga: UI bina pengelola wisata kemping di Bogor agar siap hadapi normal baru
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020