Jakarta (ANTARA) - Serial Netflix terbaru "Sweet Home" menceritakan manusia yang secara tiba-tiba berubah menjadi monster akibat hasrat terpendam mereka.
Serial hasil adaptasi dari komik online berjudul sama berkisah tentang Cha Hyun-soo, seorang remaja laki-laki depresi yang tinggal di sebuah gedung apartemen tua bernama "Green Home" setelah kehilangan anggota keluarganya dalam sebuah kecelakaan.
Bocah pemalu itu tiba-tiba berubah menjadi monster "jinak" yang bertarung melawan monster jahat untuk menyelamatkan dunia.
Selain jalan cerita yang menegangkan, kehadiran berbagai monster yang mengerikan turut menjadi daya tarik bagi para penonton.
Sejumlah koreografer dan ahli VFX ternama pun menggabungkan keahlian mereka untuk menghidupkan sosok para monster yang mengerikan ini. Mari berkenalan dengan para monster yang menjadi mimpi buruk para penghuni apartemen Green Home.
Monster Buta
Setelah sebagian kepalanya terpotong dan menyisakan bentuk seperti akar teratai, monster ini akhirnya dikenal sebagai Monster Akar Teratai. Kehilangan mata membuat sang monster menjadi buta dan hanya bisa mengandalkan pendengarannya untuk mencari korban baru.
Monster Tentakel
Dikenal juga sebagai Monster Laba-Laba, monster ini jelas menjadi mimpi buruk bagi mereka yang memiliki arachnofobia. Monster ini mampu bergerak dengan cepat dalam dinding dan ventilasi saat mengejar mangsanya.
Monster Protein
Monster raksasa ini dulunya adalah seorang manusia yang ingin memiliki tubuh yang berotot. Dengan tubuhnya yang besar, monster ini sangat kuat dan mampu menimbulkan kerusakan yang cukup serius.
Monster Lidah
Monster yang dulunya seorang pasien ini memiliki kemampuan mengulur dan menarik lidahnya yang sangat panjang untuk menangkap manusia dan menghisap isi perutnya.
Monster Bola Mata
Memiliki mata lebih dari satu, monster ini mampu mengintip para penghuni di dalam apartemen, sekaligus melilit mereka dengan leher panjangnya yang dapat diregangkan.
Baca juga: Lima drama Korea dengan akhir cerita penuh teka-teki
Baca juga: "Alice in Borderland", bertahan hidup lewat rentetan "permainan"
Baca juga: "The Prom" film musikal pertama Ryan Murphy
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020