Jadi, iBangga ini untuk memotret keluarga lebih detail, dalam rangka menyelesaikan banyak hal, mulai dari masalah sosial, masalah kemiskinan, sampai ke masalah yang terkait dengan parenting dan masalah remaja, guna mewujudkan keluarga yang tenteram,

Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan pentingnya indeks pembangunan keluarga (iBangga) untuk mendukung pembangunan keluarga berkualitas di Indonesia.

"Untuk pembangunan, kalau kita hanya bicara makro, tidak pernah menyentuh permasalahan mikro di dalam keluarga, maka kita tidak akan bisa memberikan solusi 'treatment' yang tepat," kata Kepala BKKBN Dr (H.C.) dr Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam bincang-bincang virtual bertema "Membangun Keluarga Berkualitas", di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan bahwa BKKBN mencatat angka perceraian yang meningkat pesat selama pandemi COVID-19 lebih tinggi dibandingkan angkanya pada 2017 dan 2018.

Kemudian, kata dia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada saat ini juga mencatat angka remaja dengan gangguan emosional (emotional disorder) yang juga meningkat, dari hanya sekitar 6 persen pada 2013 menjadi sekitar 8 persen selama pandemi COVID-19.

"Ini cukup besar kenaikannya. Sehingga kalau ada 'toxic people' atau 'toxic friendship' yang meningkat, itu karena memang mental 'emotional disorder'nya juga meningkat," katanya.

Ia mengatakan gangguan mental tersebut bisa menjadi malapetaka atau sumber permasalahan baru jika tidak diatasi, dalam upaya membangun keluarga yang berkualitas.

Untuk itulah, kata dia, indeks pembangunan keluarga sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk benar-benar menemukan permasalahan keluarga hingga ke dasar, sehingga penanganannya dapat dilakukan secara tepat.

"Jadi, iBangga ini untuk memotret keluarga lebih detail, dalam rangka menyelesaikan banyak hal, mulai dari masalah sosial, masalah kemiskinan, sampai ke masalah yang terkait dengan parenting dan masalah remaja, guna mewujudkan keluarga yang tenteram, mandiri dan bahagia," katanya.

Dengan demikian, kondisi dan permasalahan sebuah keluarga sangat penting untuk dipotret dan diukur dengan indikator-indikator yang tepat dalam iBangga, sehingga masalah-masalah tersebut dapat dipetakan dan dicarikan jalan keluar, demikian Hasto Wardoyo.

Baca juga: BKKBN: iBangga memotret permasalahan keluarga secara tepat

Baca juga: BKKBN akan sasar 63 juta KK ukur indeks pembangunan keluarga

Baca juga: BKKBN uji coba penerapan indeks pembangunan keluarga di 1.000 KK

Baca juga: BKKBN targetkan Indeks Pembangunan Keluarga 50,3 di 2020

Pewarta: Katriana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020