Dampak COVID-19 ditanggung oleh pekerja migran yang menjadi tulang punggung ekonomi kita dan penyumbang penting bagi taraf hidup kita
Kuala Lumpur (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Malaysia yang peduli dengan pekerja migran, Tenaganita turut memperingati Hari Migran Internasional 2020 pekan ini dalam rangka menghormati kehidupan pekerja migran di Malaysia.
"Dampak COVID-19 ditanggung oleh pekerja migran yang menjadi tulang punggung ekonomi kita dan penyumbang penting bagi taraf hidup kita," ujar Direktur Eksekutif Tenaganita, Glorene A Das di Kuala Lumpur, Senin.
Glorene mengatakan mereka adalah orang pertama yang kehilangan pekerjaan, sering ditinggalkan oleh majikan mereka, dikecualikan dari semua bentuk bantuan yang diberikan kepada rakyat Malaysia oleh pemerintah.
Baca juga: Tenaganita tuntut produsen kelapa sawit lindungi HAM pekerja
Baca juga: Tenaganita sesalkan pembebasan majikan Adelina
Selain itu mereka dikurung di tempat tinggal yang sempit dan tidak sehat atau dihantui oleh pihak berkuasa sebagai kriminal dan ditahan di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak di mana ribuan dijangkiti oleh virus COVID-19 dan masih difitnah sebagai pembawa penyakit ini.
"Pada masa yang sama kita terus bergantung pada pekerja migran untuk melayani kita di rumah kita, menjaga anak-anak kita, orang tua, dan orang uzur," katanya.
Mereka adalah barisan depan yang tidak dapat dilihat ketika menjaga kebersihan rumah sakit dan fasilitas umum kita dan menyediakan pelayanan penting lain yang membuat kita bisa meneruskan kehidupan.
Pekerja migran memang merupakan pahlawan yang tidak disedari dan tidak dikenali terutama semasa wabah ini.
Ribuan pekerja migran, ujar dia, ditinggalkan tanpa pekerjaan, dengan permit kerja yang sudah kedaluwarsa dan tidak dapat pulang ke negara asal mereka karena wabah COVID-19 serta terus menjadi korban aparat penegak hukum.
"Program Rekalibrasi Tenaga Kerja yang diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri pada 12 November adalah sinar harapan bagi mereka yang ingin pulang ke negara asal dan bagi mereka yang ingin mencari nafkah secara sah di Malaysia," katanya.
Tetapi hingga hari ini, ujar dia, Program Rekalibrasi Tenaga Kerja tetap dalam ketidakpastian dan kekurangan informasi dan seterusnya mewujudkan keadaan yang sempurna untuk penipuan dan eksploitasi oleh agen dan perantara yang tidak bertanggung jawab.
"Pada waktu yang sama, pekerja migran terus ditahan dan ditangkap oleh pihak penguasa. Suatu tindakan yang mengolok-olokkan Program Rekalibrasi Tenaga Kerja," katanya.
Tenaganita mendesak pihak berkuasa untuk memberikan informasi lengkap mengenai Program Rekalibrasi Tenaga Kerja dan melaksanakannya secara tulus agar pekerja migran dapat benar-benar mendapat manfaat daripadanya.
"Pihak berkuasa juga harus berhenti operasi untuk menahan pekerja migran semasa Program Rekalibrasi Tenaga Kerja ini dilaksanakan," katanya.
Ketika Hari Migran Internasional dirayakan, ujar dia, pihaknya meminta pemerintah untuk memastikan bahwa pekerja migran dapat mengakses perawatan kesehatan tanpa rasa takut atau pembatasan dan dimasukkan dalam semua usaha untuk tetap selamat dari penyakit dan mengatasi tantangan pandemi COVID-19 .
"Pada hari yang didedikasikan untuk migran, marilah kita berhenti sejenak untuk merenungkan cara-cara penting di mana mereka memberi pengaruh positif terhadap kehidupan kita dan mengambil kesempatan untuk menyatakan penghargaan terhadap peranan penting mereka dalam masyarakat kita," katanya.
Baca juga: LSM: Seorang pekerja migran Indonesia disiksa majikan
Baca juga: LSM Malaysia nilai ide legalisasi pekerja ilegal mengkhawatirkan
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020