Washington (ANTARA) - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Sabtu mengatakan sedang memantau laporan reaksi alergi vaksin COVID-19 dan membuat rekomendasi tentang bagaimana orang dengan riwayat alergi harus terus berjalan.
Siapa pun yang mengalami reaksi parah terhadap vaksin COVID-19 tidak boleh menerima dosis kedua, kata CDC, yang mendefinisikan parah sebagai keharusan konsumsi obat efineprin atau perawatan di rumah sakit.
Mereka yang mengalami reaksi alergi parah terhadap kandungan vaksin COVID-19 harus menghindari formula vaksin yang mengandung bahan tersebut, lanjut CDC. Dua vaksin telah disetujui di Amerika Serikat berdasarkan otorisasi penggunaan darurat.
Individu dengan riwayat reaksi alergi parah terhadap vaksin harus melakukan konsultasi dengan dokter mereka mengenai vaksin COVID-19.
CDC menyebutkan bahwa orang dengan alergi parah terhadap makanan, hewan peliharaan, lateks atau kondisi lingkungan serta orang dengan alergi obat oral atau riwayat keluarga dengan reaksi alergi parah masih bisa divaksinasi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sedang menyelidiki sekitar lima reaksi alergi yang terjadi setelah partisipan diberikan vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan BioNTech di AS pekan ini.
Pada Jumat FDA mengatakan bahwa vaksin COVID-19 buatan Moderna, yang mengantongi izin penggunaan darurat, tidak boleh diberikan pada seseorang yang diketahui memiliki riwayat reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin apa pun.
Regulator medis Inggris menyebutkan bahwa setiap orang dengan riwayat anafilaksis atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh diberikan vaksin COVID-19 produksi Pfizer-BioNTech.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Brazil: Terburu-buru disuntik vaksin COVID tidak dibenarkan
Baca juga: Swiss restui vaksin COVID Pfizer-BioNTech
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020