Rasanya kita punya energi dan punya kemampuan untuk itu (menjadi pengekspor makanan halal terbesar), sebab sinergitas antara pesantren, santri dan alumninya menjadi kekuatan.
Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong Indonesia menjadi pengekspor makanan halal terbesar di dunia melalui program "One Pesantren One Product" (OPOP) atau satu pesantren satu produk.
"Ini agar menjadi pintu gerbang sebagai pengekspor makanan halal terbesar di dunia, mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk beragama Islam terbanyak," ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat membuka OPOP Expo di Maspion Square Surabaya, Jumat.
Selain karena jumlah penduduk beragama Islam terbanyak, Khofifah menjelaskan program OPOP Indonesia dapat menjadi pengekspor makanan halal terbesar karena kekuatan antara pesantren, santri, beserta para alumninya.
"Rasanya kita punya energi dan punya kemampuan untuk itu (menjadi pengekspor makanan halal terbesar), sebab sinergitas antara pesantren, santri dan alumninya menjadi kekuatan," ucap mantan Menteri Sosial tersebut.
Baca juga: Pameran virtual produk pesantren catat transaksi hingga Rp21,02 miliar
Khofifah mengakui bahwa program OPOP ini masih diperlukan pendampingan, terutama dalam pengelolaan keuangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
"Juga perlu pemodalan. Maka bank seperti Bank Mandiri, ada BNI, ada BRI, juga kemudian ada Bank Jatim juga Bank UMKM Jatim yang akan memberi pendampingan dari sisi pemodalan bagi UMKM yang tergabung di OPOP," katanya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini juga berharap melalui program OPOP pesantren dapat berdaya dan masyarakat sejahtera.
Baca juga: Wapres dorong pelaku industri kreatif rancang produk halal
Sementara itu, Sekretaris OPOP Jatim M Ghofirin menjelaskan saat ini sudah ada 350 pesantren yang berpartisipasi dalam OPOP.
Pihaknya berharap pada lima tahun mendatang ada sebanyak 1.000 pesantren yang akan dipilih, dilatih dan dibuka aksesnya.
"Agar memiliki produk yang unggul dan berkualitas, kemudian produknya itu bisa diterima di pasar, baik lokal, nasional, maupun internasional," katanya.
Pria yang juga Kepala Humas Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyatakan secara bertahap pada tahun 2019 telah terpilih 150 pesantren, dan di tahun 2020 sudah ada 200 pesantren yang telah tergabung di OPOP.
"Kami menargetkan, setiap tahun bertambah 200 pesantren. Sehingga total ada 1.000 pesantren yang akan menghasilkan 1.000 produk unggulannya," tuturnya.
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020