"Dalam kondisi pandemi COVID-19, saya masih mendengar beberapa kementerian dan lembaga melakukan kegiatan di akhir tahun untuk menghabiskan anggaran," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Bahkan, kata Roy, ada kementerian atau lembaga yang menyisakan anggaran hingga Rp100 miliar dan melakukan kunjungan berombangan ke suatu daerah. Padahal, sisa anggaran tersebut, bisa dialihkan untuk hal yang lebih penting dan mendesak, yakni penanganan pandemi COVID-19.
Baca juga: Pengamat: Vaksin gratis sudah kewajiban negara
"Berarti masih banyak anggaran yang bisa diefisienkan," ujar Roy.
Meskipun demikian, ia mengakui di masing-masing sektor ada hal penting yang harus dikerjakan. Namun, dalam kondisi saat ini yang paling utama tetap harus fokus pada penanganan COVID-19.
Ia mengingatkan meskipun pemerintah fokus pada penanganan COVID-19, jangan sampai mengabaikan penanganan kesehatan lai, di antaranya stunting, gizi buruk dan sebagainya.
"Ini juga harus jadi prioritas, jangan sampai kita hanya fokus pada COVID-19, tapi lupa dengan yang lain, yang tidak kalah penting," katanya.
Tidak hanya pada sektor kesehatan, efisiensi anggaran juga harus dialihkan ke bidang pendidikan. Meskipun pemerintah berencana kembali melakukan pembelajaran tatap muka di awal 2021, belum semua orangtua siap dengan kebijakan itu.
"Saya dengar berbagai sekolah yang melakukan penelitian internal, hanya 36 persen yang mau masuk sekolah sisanya masih ingin di rumah," kata dia.
Baca juga: Pengamat: Sikap responsif pelajar penting saat belajar tatap muka
Baca juga: Pengamat: Pemerintah lalai dan warga abai penyebab COVID-19 melonjak
Artinya, orangtua dan anak didik yang belum siap dengan pembelajaran tatap muka juga harus dicarikan solusi, baik dari kesiapan akses internet dan sebagainya. "Termasuk menyiapkan pelatihan bagi guru yang masih menerapkan belajar jarak jauh," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020