Awalnya karena berprestasi, mulai kesorot sama guru-guru dan di sekolah dikenal patuh dan sering membantu guruJakarta (ANTARA) - Namanya P. Kheizzarro Calvino P.D. atau akrab disapa Kheizzarro. Meski masih berumur 13 tahun, ia serba bisa dan memiliki prestasi yang juga tak biasa.
Tahun lalu, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Energi untuk kategori pelajar dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ia juga menjadi Finalis Cerdas Gemilang Jambore Adiwiyata Indonesia yang diselenggarakan Pegiat Adiwiyata Nasional dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang pada 2020.
Remaja serba bisa tersebut juga meraih peringat kedua kompetisi vlog “Ayo Hemat Energi Selama #DirumahAja” yang diselenggarakan Chakra Giri Energi Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM pada 2020.
Di sekolahnya yakni di SMPN 13 Kota Tangerang, ia langganan meraih peringkat pertama di kelasnya. Ia pun kerap tampil berbagi pengalaman di depan teman-temannya dan siswa sekolah lain, mengenai hemat energi.
“Saya selalu berusaha untuk disiplin, rajin, dan konsisten. Ada dorongan dari orang tua, saya di dorong untuk rajin belajar, selalu mengerjakan tugas yang diberikan sekolah, dan harus konsisten sehingga usaha (selalu giat belajar dan mengerjakan tugas, red.) tidak akan mengkhianati hasil,” ujar Kheizzarro saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Ia juga mengaku didorong kedua orang tuanya untuk selalu disiplin, datang ke sekolah selalu tepat waktu, dan semua tugas dikerjakan dan tidak pernah lewat, serta selalu memperhatikan apa yang disampaikan gurunya.
Ilmu yang didapat harus mengerti dan dipahami sehingga dengan demikian bisa mengembangkan ilmu dengan logika.
“Sehingga ilmu yang ada di sekolah dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari,” kata dia.
Untuk penggunaan gawai, ia mengaku tidak menggunakan setiap hari. Gawai hanya digunakan pada hari libur dan tidak ada tugas, sedangkan pada hari sekolah hanya untuk membantu mengerjakan tugas.
“Orang tua mendorong saya untuk selalu patuh dan menghormati guru di sekolah. Juga didorong selalu jujur untuk hal apapun, termasuk saat ujian saya tidak mencontek,” terang Kheizzaro yang hobi membaca dan menonton berita itu.
Baca juga: Menteri: Miliki adaptabilitas agar mampu berkompetisi secara global
Kheizzaro yang bercita-cita menjadi kepala daerah tersebut, menjelaskan penanaman karakter yang baik di rumah membuat menjadi sosok pembelajar. Kedua orang tuanya terus menyemangatinya untuk berani bermimpi, terus meningkatkan mutu, jujur, serta patuh dan hormat pada orang tua serta guru.
Pendampingan orang tua
Ibunda dari Kheizzaro, Selvi Camelia, mengatakan awalnya dia tidak menyadari potensi anaknya. Tetapi, semuanya berubah sejak dua tahun lalu, ia memutuskan berhenti bekerja dan fokus mengurus putra semata wayangnya itu.
“ini bukan sekadar teori, tapi memang apa yang saya rasakan seperti itu. Ibu itu memiliki peranan penting dalam prestasi anak,” kata dia.
Selvi menambahkan perhatian orang tua merupakan kunci bagi anak agar dapat berprestasi. Peran seorang ibu di rumah sangat penting. Saat perhatiannya penuh pada anak, prestasi anaknya pun perlahan meningkat.
“Mungkin tadinya kita bekerja di luar, kita biasa disiplin maka saat di rumah anak pun dengan mudah menyerap. Anaknya bersemangat,” terang Selvi.
Keberadaan orang tua di rumah, bukan hanya mendampingi anak tetapi juga pengajar bagi anak. Orang tua juga memberikan masukan dan lebih pada manajemen waktu anak.
Dia pun mendukung cita-cita anaknya dan memasukkan nilai-nilai karakter yang baik seperti disiplin, rajin ibadah dan belajar, kreatif, bergotong royong, mandiri, maupun bernalar kritis. Sampai kemudian anaknya meraih rangking satu di sekolahnya.
“Awalnya karena berprestasi, mulai kesorot sama guru-guru dan di sekolah dikenal patuh dan sering membantu guru,” jelas dia.
Dari situ, ia pun diutus sekolah ke Kementerian ESDM. Awal muda dinobatkan sebagai Pahlawan Energi bukan berasal dari sekolahnya, melainkan dari Kementerian ESDM.
“Karena dia kritis, bertanya suatu hal tentang energi maka jurinya pun kaget. Mereka bertanya kok kamu tahu tentang berita ini dan itu, dari situlah didaulat sebagai Pahlawan Energi,” terang dia.
Selain pendampingan di rumah oleh orang tua, lanjut dia, keberadaan tutor di sekolah yang mengarahkan minat anak juga sangat penting.
Baca juga: Mendikbud jelaskan pentingnya anak memiliki profil Pelajar Pancasila
Selvi berpesan kepada para orang tua untuk mengutamakan kejujuran anak dan tidak menuntut prestasi anak berlebihan. Jika berlebihan mengakibatkan anak menggunakan segala cara, termasuk tindakan tidak terpuji untuk mendapatkan prestasi.
Pelajar Pancasila
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyatakan Sistem Pendidikan Nasional mengedepankan nilai-nilai ketuhanan yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia serta unggul dalam inovasi dan teknologi.
“Melalui Profil Pelajar Pancasila, akan mampu menghasilkan generasi muda yang bisa menghadapi tantangan global dan revolusi industri 4.0,” ujarnya.
Menteri Nadiem menjelaskan Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai- nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam nilai utama, yaitu pertama: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Kedua, berkebinekaan global, yaitu mampu mencintai keberagaman dan berpartisipasi dalam kompentensi, mampu memproses informasi secara kritis, serta dapat berkomunikasi dengan baik antaragama dan ras masyarakat di Indonesia.
Baca juga: Kemendikbud selenggarakan PUSAKA 2020 siapkan SDM unggul
Ketiga, yaitu gotong royong di mana ia mengatakan bahwa gotong royong salah satu unsur yang harus dimiliki seseorang agar dapat berkolaborasi dan bekerja dalam tim.
“Bagaimana cara kita berempati terhadap sesama,” imbuh Nadiem.
Keempat, kreatif yaitu kemampuan berinovasi. Berikutnya, karakter Pelajar Pancasila kelima, bernalar kritis yaitu kebal terhadap hoaks.
“Bernalar kritis dalam memecahkan masalah, kemampuan berpikir secara adiktif,” katanya
Karakter keenam yang harus dimiliki yaitu mandiri. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, meregulasi diri sendiri, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Mendikbud menggambarkannya dengan sosok individu yang memiliki inisiatif untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Jika nilai-nilai karakter itu ditanamkan pada generasi muda sedini mungkin, akan tertanam nilai karakter Pancasila dan dapat melahirkan bibit unggul yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa.
Baca juga: Kepsek: Sekolah memiliki peranan penting dalam penanaman karakter
Baca juga: Mengantisipasi krisis karakter di kala pandemi
Baca juga: Pengamat : Sastra lisan bisa jadi media penguatan karakter
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020