"Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan gangguan teknis pada pesawat itu sebelum insiden tersebut, menurut data yang ditemukan sampai sekarang dari kedua kotak hitam pesawat," kata ketua komisi itu, Naji Dhaw, dalam laporan pendahuluan yang dilihat oleh Reuters, Minggu.
Pesawat Airbus yang dioperasikan oleh Afriqiyah Airways Libya itu jatuh pada 12 Mei ketika bersiap-siap melakukan pendaratan di bandara Tripoli dari Johannesburg, menewaskan 103 orang dan hanya ada satu orang yang selamat, seorang anak laki-laki Belanda yang berusia sembilan tahun.
Dhaw mengatakan kepada Reuters, penyelidikan atas penyebab kecelakaan itu masih terus dilakukan, dan komisinya memerlukan waktu beberapa saat lagi sebelum menyampaikan kesimpulan akhir.
Komisi penyelidik itu juga mengesampingkan ledakan atau kebakaran di pesawat sebelum kecelakaan itu dan mengatakan, tidak ada bukti musibah itu disebabkan oleh aksi terorisme.
Komisi itu juga mengatakan, tidak ada bukti mengenai kekurangan bahan bakar sebagai faktor penyebab, dan tidak ada sesuatu yang menunjukkan bahwa pilot menghubungi menara pengawas sebelum kecelakaan itu untuk meminta bantuan teknis atau medis.
Pernyataan itu menambahkan, "Awak pesawat memenuhi syarat untuk bekerja pada jenis pesawat ini. Pesawat itu telah beroperasi lebih dari satu kali penerbangan untuk rute ini dan perizinan bagi awak pesawat sah."
Sebanyak 61 warga negara Belanda tewas dalam kecelakaan pesawat Libya di bandara Tripoli itu, kata federasi pariwisata Belanda ANWB, dan hanya ada satu korban selamat Belanda.
Ke-62 penumpang Belanda itu berada dalam dua rombongan wisata yang berbeda yang menuju Brussel dan Dusseldorf, dengan persinggahan di Tripoli.
Korban-korban tewas lain dalam kecelakaan itu berasal dari Libya, Afrika Selatan, Inggris, Australia, Jerman, Zimbabwe dan Prancis. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010