Polisi-polisi itu tewas ketika bom pinggir jalan yang sering digunakan oleh Taliban meledak, mengenai kendaraan mereka di sebuah jalan kotor, kata deputi gubernur provinsi Shams-Ul Rahman Shams.
"Kami menyalahkan serangan itu pada kelompok oposisi bersenjata," katanya kepada AFP, menunjuk pada Taliban. "Itu bom yang dikendalikan dari jarak jauh."
Di provinsi Kandahar, pusat kekerasan Taliban, sejumlah helikopter NATO menyerang tempat persembunyian militan di distrik Panjwayi pada Minggu pagi, menewaskan delapan gerilyawan, kata Sardar Mohammad Zazai, kepala kepolisian provinsi Kandahar.
Seorang petani setempat yang mengaku bernama Hazarat mengatakan kepada AFP di rumah sakit Kandahar, serangan itu melukai empat warga sipil, termasuk ayahnya.
Di daerah lain Kandahar, sejumlah orang Afghanistan yang membawa kerabat mereka yang terluka mengatakan, helikopter NATO menyerang rumah mereka, menewaskan satu orang dan mencederai empat lain.
Kepala kepolisian wilayah itu mengatakan kedua klaim tersebut masih diselidiki "namun setahu saya hanya Taliban yang terserang".
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO juga menyatakan masih menyelidiki klaim mengenai jatuhnya korban sipil, dan juru bicara Kapten Marco Pica menyatakan belum memiliki keterangan.
Di Baghlan, sebelah utara Kabul, pasukan NATO dan Afghanistan mengidentifikasi sekelompok Taliban yang besembunyi di daerah pegunungan Sabtu, kata Murad Ali Murad, komandan militer untuk Afghanistan utara.
"Kami melakukan operasi yang menewaskan 12 Taliban, termasuk dua komandan. Mayat mereka berada di daerah itu," kata Murad.
Taliban mengobarkan kekerasan berdarah di Kandahar dengan serangan-serangan bunuh diri dan pemboman serta pembunuhan pejabat pemerintah, keluarga dan kerabat mereka.
Taliban membunuh lebih dari selusin pejabat dan sesepuh suku dalam dua bulan terakhir.
Saat ini terdapat lebih dari 120.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Presiden Hamid Karzai memperingatkan bahwa pasukan harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.
Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.
Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010