Bandarlampung (ANTARA News) - Para nelayan, wisatawan, dan pengusaha keramba ikan di kawasan Teluk Lampung mengeluhkan pencemaran air laut di kawasan itu karena menyulitkan mereka mencari ikan, memengaruhi usaha mereka, serta mengurangi keindahan dan mengganggu kenyamanan turis.
Informasi yang dihimpun ANTARA dari sejumlah nelayan, wisatawan, dan pemilik keramba ikan di kawasan Teluk Lampung, Kota Bandarlampung, Minggu, mengatakan pencemaran air Teluk Lampung perlu mendapat perhatian.
"Banyak hal di kawasan Teluk Lampung ini yang perlu dipotret dan segera diatasi kalau ingin lingkungan di sini tidak semakin rusak," kata seorang nelayan, Nur (45).
Menurut dia, perairan itu tidak saja dipenuhi sampah, baik organik maupun anorganik, yang terbawa air sungai dari berbagai wilayah Kota Bandarlampung, tetapi juga buangan limbah dari industri dan pelabuhan serta kapal-kapal yang beroperasi di sana.
Nur mengharapkan pihak terkait perlu memantau secara terus-menerus masalah lingkungan di perairan itu, apalagi di kawasan itu akan dikembangkan menjadi pusat wisata terpadu, dan pembangunan "Water Front City" (WFC).
Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan dari kawasan Pelabuhan peti kemas ke arah timur pantai itu tampak berjajar sejumlah aktivitas pelabuhan, mulai dari Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Pertamina, dan Peusahaan Kayu Lapis.
Kemudian ke arah timur lagi terdapat kegiatan pelabuhan ekspor, pelabuhan perusahaan bubur kertas (pulp), pelabuhan batu bara, dan masih banyak industri di kawasan pantai lainnya hingga ke kawasan pantai Kabupaten Lampung Selatan, sekitar Pantai Pasir Putih, Pulau Pasir, dan Tanjun Selaki.
Sejumlah nelayan dan wisatawan yang ada di kawaan itu, baik yang memancing, menjaring, dan berwisata sering mendapati warna air laut yang keruh, dan mengapung-apung berbagai jenis sampah.
Akibatnya, banyak pula pemancing dan penjaring ikan yang sering mendapatkan sampah-sampah, baik berupa dedaunan, kertas, plastik, bahkan ada yang berupa kaca-kaca atau beling seperti bekas bohlam lampu.
Seorang peselam dan pekerja yang sering menyelam di kawasan itu, baik yang ada kaitannya dengan keramba ikan maupun memperbaiki baling-baling kapal, mengaku air di perairan itu keruh. Tidak jarang, sehabis mereka menyelam kulit tubuhnya terasa gatal-gatal.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Lampung membantu pembangunan WFC Bukit Kunyit Bandarlampung sebesar Rp6 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2009.
Gubernur Lampung, Sjachroedin Z.P,, mengatakan pemprov mendukung pembangunan kawasan pesisir pantai di Kota Bandarlampung itu agar lebih indah dan asri.
Menurut dia, pembangunan kawasan pesisir juga dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya perekonomian di daerah itu sehingga Kota Bandarlampung sebagai wajah Provinsi Lampung semakin menarik, dan dapat meningkatkan investasi bagi daerah tersebut.
(T.M023/D007/H009/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010