Lebak (ANTARA News) - Pengunjung dari berbagai daerah memadati kawasan wisata Baduy di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, selama libur panjang akhir pekan ini.
"Saat ini pengunjung yang datang ke sini meningkat dan mereka datang bersama rombongan," kata Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Dainah (55), Minggu.
Dainah mengatakan, selama ini obyek wisata Baduy dipadati pengunjung jika liburan panjang saja karena hari-hari biasa tampak sepi pendatang.
Kebanyakan pendatang dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Jogyakarta dan daerah lainya di Provinsi Banten.
Mereka pengunjung datang bersama rombongan perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga instansi swasta dan pemerintah.
Sedangkan, pengunjung berasal dari kalangan keluarga relatif kecil.
Wisata budaya Baduy sangat berbeda dengan wisata pantai, sehingga pengunjung hanya waktu-waktu tertentu saja ramai dipadati pendatang.
Karena itu, kata dia, hingga saat ini wisata Baduy tidak mengalami kemajuan pesat seperti kawasan Carita Pandeglang, terlebih jalan menuju Baduy sebagian kondisinya masih rusak.
Menurut dia, selama liburan panjang beberapa hari terakhir para pedagang souvenir, kerajinan khas Baduy dan minuman asli madu laku keras karena banyak pengunjung tersebut.
Membludaknya pengunjung tersebut, lanjut dia, tentu perekonomian masyarakat Baduy meningkat karena banyak warga Baduy berjualan aneka ragam khas produk kerajinan mereka.
"Saya sendiri juga berjualan kerajinan di antaranya pakaian tenun, samping, kaos, golok, tas kulit dan minuman madu," ujar Dainah yang juga sebagai kepala pemerintahan suku Baduy.
Trihartini (25) seorang pengunjung mengaku dirinya sangat tertarik melihat kehidupan masyarakat Baduy yang penuh sederhana itu.
Bahkan, di kawasan Baduy tidak terdapat jalan aspal juga kendaraan motor maupun mobil.
Mereka sangat kuat untuk melestarikan lingkungan alam karena sepanjang melintasi kawasan Baduy banyak pepohonan besar dibiarkan saja.
Dia mengatakan, dirinya datang ke sini bersama rombongan kampus untuk mengisi liburan panjang dan ingin mengetahui budaya, ekonomi dan sosial masyarakat Baduy.
Selama ini, kata dia, dirinya mengetahui kehidupan Baduy dari sejarah dan informasi media saja.
Akan tetapi, setelah mendatangi langsung tenyata budaya Baduy memberikan kesan tersendiri juga menambah pengetahuan tentang peradaban budaya manusia.
Masyarakat Baduy hingga kini masih kuat memegang mitologi adat dan agama sehingga mereka hidup gotong royong, rukun, damai, sederhana serta memiliki kepedulian sosial cukup tinggi.
Selain itu, juga warga Baduy menolak kehidupan modernisasi seperti menggunakan televisi, radio, kulkas dan menolak pendidikan.
Meskipun mereka menolak modernisasi, tetapi masyarakat Baduy lebih pandai di antaranya pengembangan pertanian juga menjaga pelestarian lingkungan alam.
"Karena itu, kita patut belajar kepada Warga Baduy baik dalam melestarikan alam dan ketahanan pangan karena setiap rumah memiliki lumbung padi," katanya.
Begitu pula, Royani (14) seorang mahasiswa Untirta Serang mengaku dirinya kali pertama mendatangi obyek wisata budaya Baduy.
Selama ini dirinya mengenal Baduy hanya dari buku saja dan belum mengenal secara langsung bagaimana kehidupan mereka sehari-hari.
Selain itu, dirinya juga menempuh perjalanan lima jam dari Kampung Kadu Ketug sampai Cibeo sebagai tempat tinggal warga komunitas Baduy Dalam yang menggunakan pakaian putih-putih.
Selama perjalanan, lanjut dia, dirinya dan teman-teman kampus melintasi jalan setapak dengan berbukit terjal dan penuh tebing.
"Saya kira wisata budaya Baduy selain wisata alam juga wisata olahraga," katanya.
(ANT/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010