Makassar (ANTARA News) - Aktifis mahasiswa di Makassar dianggap kurang mendapat perhatian dari pihak kampus, akibatnya aktualisasi diri mereka di salurkan dengan cara-cara yang tidak berpendidikan.
Ketua DPRD Provinsi Sulsel, HM Roem di Makassar, Jumat, menyayangkan sikap lembaga perguruan tinggi yang sulit membangun komunikasi yang baik dengan aktifis lembaga kampus.
"Perlakuan kampus tidak seperti jaman saya kuliah dulu. Kami selalu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan perguruan tinggi. Saya melihat kondisi itu tidak ada di jaman ini," ucapnya.
Legislator partai Golkar ini menilai, lemahnya komunikasi pihak kampus dengan mahasiswa maupun organisasi kampus yang dianggap menjadi pemicu mahasiswa melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang sulit di kontrol oleh pihak rektorat kampus.
Dia mengaku, tim-tim sukses pejabat rektorat kampus yang dinilai cukup mendominasi kegiatan-kegiatan perguruan tinggi dan sangat jarang aktifis-aktifis mahasiswa yang vokal di libatkan dalam kegiatan-kegiatan mereka.
Padahal, lanjutnya keterlibatan mereka dalam kegiatan perguruan tinggi justru bisa dijadikan sebagai bentuk kepeduliaan pihak kampus untuk mengarahkan mahasiswa melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat. "Fungsi pebinaan perguruan tinggi memang belum bagus, sebab pihak kampus punya kesibukan masing-masing," ucapnya.
Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo sebelumnya mengatakan, aksi unjuk rasa yang berujung kekerasan dan tawuran yang selama ini terjadi jelas-jelas akan merugikan mahasiswa dan kampus.
Ketua DPD I Golkar Sulsel ini mengaku, banyak yang mengingatkan dirinya tentang efek yang akan ditimbulkan dari kekerasan yang kerap timbul dari aksi unjuk rasa dan tawuran di kampus-kampus besar di Makassar.
"Saya mendengar kabar bahwa alumnus perguruan tinggi di Sulsel akan sulit diterima lapangan kerja karena hal tersebut dan ini akan merusak kampusnya sendiri," kata Gubernur di Makassar, Rabu.
Syahrul mengaku sering mendapat pertanyaan dari berbagai kalangan tentang mengapa yang dilakukan mahasiswa di Makassar bisa sekeras itu dan berwujud bentrokan besar.
"Aksi unjuk rasa sama sekali bukan masalah. Namun, bentuk aksi yang mencekam akan mencemaskan orang, harus kita turunkan intensitasnya," ujarnya.
Aksi unjuk rasa, lanjutnya, adalah bentuk penyampaian aspirasi bukan ajang perkelahian. "Penyampaian aspirasi harus melalui pendekatan intelektual bukan dengan pendekatan kekerasan," katanya.
Pada pertemuannya dengan Ikatan alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ia menyampaikan agar aksi unjuk rasa mahasiswa diimbangi dengan kegiatan-kegiatan nyata. Kegiatan nyata yang diinginkan adalah tindakan yang dapat mendekatkan antara mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.
Pengurus Ika Fakultas Teknik UH Arfan Doktrin yang juga panitia Funtime Ika Teknik Unhas mengatakan, pihaknya akan menggelar kegiatan sepeda santai, Sabtu (29/5) diiringi dengan penanaman 10 pohon "lontara".
"Tujuh pohon akan ditanam di depan kantor gubernur, tiga pohon akan ditanam di kampus Unhas dan Mesjid Al-Markaz Al Islami," ujarnya. (Ant/K004)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010