Sanaa (ANTARA News/Reuters) - Orang-orang suku Yaman yang marah ataskematian seorang penengah dalam serangan udara yang seharusnyaditujukan pada gerilyawan Al-Qaeda meledakkan sebuah pipa minyak,Kamis, dalam serangan kedua pada pekan ini, kata seorang pejabatpemerintah.
Serangan udara itu telah menyulutbentrokan-bentrokan antara orang suku dan militer, membuat keadaantidak stabil di Yaman, yang menjadi pusat kekhawatiran keamanan Baratkarena kebangkitan Al-Qaeda regional di negara itu.
"Orang-orang suku meledakkan lagi pipa minyak yang sama. Tim telahdikirim untuk melakukan perbaikan," kata pejabat yang menolakdisebutkan namanya itu.
Orang-orang suku juga merusak empat tiang listrik sejak Rabu, yangmengakibatkan pemadaman parah di Sanaa, ibukota Yaman, kata pejabatitu. "Mereka tidak mengizinkan tim perbaikan menjangkau tiang-tianglistrik itu."
Seorang pejabat kementerian perminyakan mengatakan kepada Reuters,ekspor minyak tidak terpengaruh oleh ledakan itu, serangan kedua sejakSelasa terhadap pipa saluran yang membawa minyak mentah ke sebuahterminal Laut Merah itu.
Orang-orang suku sebelumnya mengancam membatalkan gencatan senjatadengan pemerintah dan memulai lagi permusuhan kecuali jika penyelidikanatas serangan udara yang menewaskan Jaber al-Shabwani dan empat oranglain itu membuahkan hasil sebelum Jumat.
Sebuah situs berita Yaman yang memiliki hubungan dengan oposisimengatakan, serangan udara itu dilakukan oleh sebuah pesawat takberawak, yang diyakini tidak dimiliki oleh Yaman. Pasukan ASmenggunakan pesawat tak berawak di Yaman pada masa silam, namun seorangdiplomat AS menolak mengatakan apakah AS terlibat dalam serangan itu.
Anggota-anggota suku Shabwani menyetujui gencatan senjata dengan syaratpihak berwenang menyelidiki bagaimana ia tewas dan menghukum merekayang bertanggung jawab.
Shabwani, deputi gubernur provinsi Maarib, tewas dalam srangan udara diwilayah itu ketika ia sedang dalam perjalanan menemui anggota-anggotaAl-Qaeda untuk meminta mereka menyerah, kata beberapa pejabat setempat.
Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden danhingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara danselatan.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara ituakan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untukmemperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnyamenjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAPmenyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang ASpada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka wargaNigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepadaorang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiahdi wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan danserangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan ArabSaudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.
Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana seranganbunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman padapertengahan Desember.
Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelahutara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkansasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asingdan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang disitus 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010