London (ANTARA News/AFP) - Satu anggota marinir Inggris tewas akibat ledakan di Afghanistan selatan, kata Kementerian Pertahanan di London pada Kamis. Anggota Marinir Komando 40 itu adalah satu dari dua tentara Inggris tewas di propinsi Helmand pada Rabu.
Yang lain, kata pengumuman pada Rabu, tewas akibat baku tembak dengan pejuang pimpinan Taliban.
Prajurit dari Resimen Artileri IV itu tewas akibat luka dari baku tembak senjata genggam dengan pejuang di daerah Nahr-e Saraj di propinsi Helmand, kata Kementerian Pertahanan.
"Ia sedang berjalan kaki meronda di daerah hijau di sekitar Sangin ketika secara menyedihkan terkena ledakan," kata juru bicara tentara Letnan Kolonel James Carr-Smith.
Kematian marinir itu menjadikan 288 jumlah tentara Inggris tewas di Afghanistan sejak gerakan dimulai pada 2001. Ia adalah tentara ketujuh tewas pada bulan ini.
Pemerintah gabungan baru di London menjadikan perang di Afghanistan kebijakan utama politik luar negerinya.
Menteri Luar Negeri William Hague, Menteri Pertahanan Liam Fox dan Sekretaris Pembangunan Antarbangsa Andrew Mitchell pada Sabtu menemui Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul untuk melakukan pembicaraan.
Inggris menempatkan sekitar 9.000 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari pasukan asing, terutama untuk memerangi pejuang Taliban di Helmand.
Kedua menteri itu menyatakan tidak ada tenggat bagi penarikan, tapi mengatakan memutuskan cara terbaik untuk mendukung siasat antarbangsa untuk mengahiri perlawanan tersebut.
Pada pekan lalu, Fox mengatakan kepada suratkabar "Times of London" bahwa pemerintah berharap mempercepat penarikan itu, dengan menyatakan Inggris di Afghanistan tidak demi kebijakan pendidikan di negara kacau abad ke-13 tersebut.
Dalam pernyataannya, yang disiarkan dalam bahasa Arab oleh harian "Bahrain Al Wasat", ia menyatakan kunjungannya ke Afghanistan pada pekan ini bukan awal dari penarikan pasukan, tapi untuk membantu menilai keberhasilan pasukannya.
"Pernyataan ke `Times` itu adalah bukan salah ucap atau perubahan kebijakan, tapi memastikan kepada keluarga tentara kita bahwa kami hadir di Afghanistan untuk melindungi kepentingan kami dan menjauhkan bahaya dari negara kami," katanya.
Fox menambahkan, "Kemudian kami pergi, kami bukan penjajah, kami bagian dari persekutuan, yang berusaha memastikan rakyat Afghanistan memiliki pemerintah untuk melindungi mereka dan kepemimpinan untuk mencapai tujuan mereka sebagai negara merdeka."
Namun, dengan Inggris menghadapi kesulitan anggaran, pemerintah Perdana Menteri David Cameron ingin mengurangi biaya di Kementerian Pertahanan sampai sedikit-dikitnya 25 persen, meskipun telah berikrar menambah dukungan tentara.
Terdapat lebih dari 120.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban itu, yang memperluas perlawanan dari wilayah selatan dan timur negara tersebut ke ibu kota dan daerah lain, yang sebelumnya damai.(*)
(Uu.B002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010