Oslo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan Konferensi Perubahan Iklim yang akan dilangsungkan di Cancun Meksiko akhir 2010 bisa mencapai hasil positif.

Hal tersebut disampaikan Presiden dalam pidato di Konferensi Iklim dan Hutan yang berlangsung di Oslo, Norwegia, Kamis.

"Seperti yang kita saksikan di Copenhagen, proses untuk penanganan perubahan iklim menghadapi pertarungan yang sengit. Antara Copenhagen hingga Cancun, keberhasilan belumlah menjadi jaminan," kata Kepala Negara.

Meski demikian, Presiden mengajak semua pihak untuk tetap berjalan dalam koridor yang sama dan memastikan apa yang diamanatkan dalam rencana aksi Bali 2007 bisa tercapai.

"Dan kita harus melakukan semua upaya untuk mendorong perkembangan melalui berbagai sudut pandang. Inilah yang kita lakukan saat ini, dengan tidak membuang waktu mendorong adanya terobosan bagi REDD+ sehingga bisa berguna bagi proses di forum UNFCC," ujar Presiden menegaskan.

Presiden menjelaskan, Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis mendorong pembangunan sosio ekonomi untuk kesejahteraan masyarakatnya. Di sisi lain, kata Yudhoyono, hutan tropis Indonesia juga memiliki peran penting bagi dunia dengan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.

"Ini yang mendorong Indonesia membuat dua program sekaligus, yaitu mengusahakan kesejahteraan masyarakat sekaligus melindungi hutan. Ini bisa dilakukan dengan kemauan politik, inovasi dan kreativitas," kata Presiden.

Presiden menjelaskan konferensi yang berlangsung di Oslo memiliki peran penting karena semua pihak tidak dapat bergantung pada proses UNFCC untuk negosiasi program REDD+.

Hargai komitmen
Dalam kesempatan itu Presiden Yudhoyono juga mengatakan, menghargai komitmen untuk meningkatkan dana dalam program REDD+ dalam pertemuan di Paris, Maret 2010.

"Saya menyambut baik komitmen yang dibuat di Copehagen oleh beberapa negara maju. Anggaran sejumlah 3,5 miliar dolar AS kemudian meningkat setelah pertemuan di Paris Maret lalu menjadi 4,5 miliar dolar AS bagi program aksi REDD+ 2010 hingga 2012 mendatang," kata Presiden.

Untuk merealisasikan hal ini, kata Presiden, perlu diciptakan kerja sama dengan mekanisme yang dibuat dan dapat sinkron dengan proses UNFCC.

Bagi Indonesia sendiri, kata Presiden, untuk mencapai target pengurangan emisi melalui program REDD+, dilakukan sejumlah langkah antara lain manajemen pengelolaan lahan gambut dan juga pembangunan berwawasan lingkungan.

Di tataran global, Presiden mengatakan, Indonesia bersama 10 negara pemilik hutan yang tergabung dalam f11 atau Forest Eleven yang telah ada, sejak 2007 mendorong dilakukannya kerja sama dalam konservasi hutan dan pengelolaan berkelanjutan. (G003*P008/P004)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010