Semarang, (ANTARA News) - Presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Hussein Obama tidak akan mampu mengubah nasib Palestina karena pengaruh "lobi" Yahudi dalam politik luar negeri AS, termasuk di Timur Tengah, sangat kuat.

"Pada dasarnya Obama tidak banyak berbeda dengan Bush dalam mengambil sikap mengenai konflik antara Israel dan Palestina," kata pengamat politik internasional Tri Cahyo Utomo di Semarang, Senin.

Ia menjelaskan. Obama memang presiden terpilih yang mempunyai hak untuk mengambil keputusan, tetapi pengaruh asosiasi rakyat Yahudi di AS masih kuat.

Menurut dia, kelompok Yahudi inilah yang mempunyai andil sangat besar dalam setiap keputusan yang akan diambil oleh Presiden AS. "Presiden AS tidak bisa mengambil keputusan sendiri," tambahnya.

Ia menyesalkan pernyataan Obama yang menuding kelompok Hamas sebagai teroris, seperti yang dikatakan Obama dalam pidatonya di depan forum American Israel Public Affairs Council (AIPAC) di Washington.

Hal itu, menurut Tri Cahyo, sudah memberikan tanda bahwa Obama menyetujui agresi militer Israel ke Palestina sehingga AS tetap mendukung Israel walaupun negara-negara di dunia dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sangat mengutuk tindakan ini.

"Obama hanya lebih halus dalam menggunakan diplomasi, tetapi indikasinya ia tetap mengutamakan kepentingan Israel dan anti-Hamas," katanya saat ditemui di kampus Undip Pleburan Semarang.

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undip itu, berbeda dengan nasib Palestina, untuk konflik Irak, AS mungkin akan menarik pasukannya dari Irak.

"Saya tidak berharap banyak setelah pelantikan Obama besok (20/1) akan ada perkembangan ke arah yang baik tentang nasib Palestina. Akan tetapi, mengenai dugaan senjata nuklir di Irak, ada kemungkinan Obama akan menghentikan masalah ini," katanya.

Ia menuturkan, Obama, presiden ke-44 AS, cenderung lebih berkonsentrasi pada kelompok Hamas atau kelompok tertentu di Afganistan, yang dicap sebagai teroris.

Oleh karena itu, kecil kemungkinan nasib Palestina akan berubah meski kepemimpinan AS berpindah tangan dari Bush ke Obama.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009