Beijing (ANTARA) - Kolaborasi kelompok gamelan Yayasan Seni Tawang Ngumandang dari Wonogiri, Jawa Tengah, dan Guangxi Symphony Orchestra tampil pada Festival Seni dan Budaya China-ASEAN di Guilin, Daerah Otonomi Guangxi, Selasa.
Dalam pentas kolaborasi tersebut, komposer Li Shaosheng dengan kelompok orkestranya tampil secara langsung di Guilin Grand Theater, sedangkan kelompok gamelan pimpinan Risnandar tampil secara virtual.
Kedua kelompok musik berbeda tersebut sangat apik membawakan karya berjudul The Magnificent Pact.
Dalam perhelatan tersebut Risnandar dan kawan-kawan membuat komposisi gamelan Bali dan Jawa, termasuk mengaransemen lagu berjudul "Ayo Mama" dan "Bengawan Solo".
"Kurang lebih tujuh tahun saya memimpikan berkolaborasi dengan Symphony Orchestra di China. Kolaborasi ini merupakan yang pertama sekaligus menjadi tonggak sejarah penting dalam perjalanan perkembangan gamelan di China," kata Risnandar yang juga mengajar gamelan di Central Concervatori of Music (CCoM) Beijing.
Pada pergelaran tersebut dia melibatkan dua komposer muda, yakni I Komang Kusuma Adi dan Wahyu Thoyyib Pambayun.
"Ketika ditunjuk CCoM untuk melakukan kolaborasi dengan komposer Li Shaosheng, saya langsung mengangkat elemen-elemen musik tradisional sebagai pijakan sehingga kekhasan, keindahan, kerumitan, dan keragaman karakter bunyi gamelan Jawa menjadi kekuatan tersendiri dalam komposisi ini," ujarnya saat dihubungi ANTARA Beijing.
Baca juga: Mahasiswa China pentaskan musik gamelan
Baca juga: Indonesia tampilkan gamelan di PBB sebagai simbol multilateralisme
Video komposisi gamelan yang diberi judul Wiwaha Gangsa itu lalu dikirimkan ke pihak Guangxi Symphony Orchestra sehingga terjadi proses saling mengisi dan saling menyesuaikan.
"Proses ini cukup sulit sampai kami harus memakai translater notasi Leon Gilberto Mandelin, mahasiswa ISI Surakarta dari Meksiko, yang menguasai gamelan dan Symphony Orchestra," kata Risnandar.
Sementara itu, Sularso selaku periset artistik sekaligus Pembina Yayasan Seni Tawang Ngumandang berpendapat bahwa gamelan sebagai komunikasi komunal turut berperan membuka peluang komunikasi global.
"Perpadauan musik gamelan dan orkestra memberikan pendekatan yang berbeda. Perbedaan ini yang sedang kami tawarkan agar spirit gagasan kreativitas artistik musikal dapat terus bergerak dinamis. Ini adalah kesempatan yang baik dalam melakukan diplomasi kebudayaan," ujarnya.
Selain CCoM, kolaborasi tersebut mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ASCEE Viperarts Society, ISI Surakarta, Taman Budaya Jawa Tengah, Gamelan Kalatidha, dan Raga Bali Komunitas Seni.
Festival Budaya China-ASEAN berlangsung pada 7-14 Desember 2020.
Baca juga: Universitas China promosikan budaya rakyat di Jakarta
Baca juga: Dubes Huang harapkan misi kebudayaan China tingkatkan pemahaman budaya
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020