Jakarta (ANTARA News) - Aktor kawakan Deddy Mizwar yang juga ketua Badan Pertimbangan perfilman Nasional (BP2N) memprediksikan bahwa pada 2012 film- film Indonesia akan ditinggalkan penggemarnya jika UU Perfilman tidak dilaksanakan.
"Sekarang film Indonesia sedang berkembang dari sisi kuantitas dan trennya seperti tahun 1980-an, tapai saya prediksikan film indonesia akan ditinggalkan di tahun 2012 Kalau UU perfilman tidak dilaksanakan," kata Aktor kawakan Deddy Mizwar dalam penutupan Musyawarah Besar VII GPBSI di Jakarta, kemarin.
Deddy mengatakan, kendati film-film Indonesia tidak berkembang, tapi bioskop Indonesia akan terus ada karena kehadiran film film impor, hal ini merupakan tantangan untuk pengusaha bioskop Indonesia kedepan dan inilah apa yang menjadi penyebab 3000 layar menjadi 300 layar bioskop saat ini.
Ia juga mengakui adanya sisi positif dari pemberlakukan UU No 33 tahun 2009 tentang Perfilman yang akan mensubsidi film bermutu buatan dalam negeri.
Oleh kerana itu, dibentuk BPI (badan perfilman indonesia), serta tidak ada keseriusan akan pembinaan dan kepedulian dukungan untuk dunia film Indonesia, dimana pemerintah hanya mengalokasikan Rp8 miliar pertahun untuk pembinaan film-film Indonesia yang diakui Deddy dana sebesar itu habis dalam satu buah produksi filmnya.
Deddy juga menilai tata edar film yang baik kedepan dan UU no 33 tahun 2009 tentang perfilman mau tidak mau harus diterima, para pengusaha bioskop harus punya pemikiran yang sama kedepan dan memiliki kerjasama yang kuat, karena pada 2012 film-film Indonesia sudah mencapai titik nadirnya seperti pada waktu tahun 1991 dengan syarat jika UU perfilman tidak dilaksanakan.
Sementara itu Ketua LSF (Lembaga Sensor Film) Mukhlis Paeni mengatakan dewasa ini pihaknya menghadapi trik-trik kompetisi iklan yang memacu orang untuk menonton.
Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata berpesan untuk para perusahaan bioskop di seluruh Indonesia agar meningkatkan professionalisme pengusaha bioskop, meningkatkan sarana dan prasarana bioskop,dan Seluruh mereka yang berkepentingan di perfilman harus saling bekerja sama termasuk GPBSI.(yud/R009)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010