Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi merosot tajam mendekati Rp9.400 per dolar, karena pelaku melepas rupiah dan membeli dolar menyusul melemahnya bursa global akibat ketegangan di semenanjung Korea.
Kondisi ini memicu pelaku pasar mengalihkan dananya ke mata uang yang relatif aman seperti dolar dan yen, kata Dirut Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu.
Edwin Sinaga mengatakan, pelaku pasar khawatir akan terjadi perang di semenanjung tersebut sehingga memburu dolar ketimbang mata uang lainnya yang dinilai kurang aman.
"Kami memperkirakan pasar akan terus tertekan sehingga rupiah makin mendekati angka Rp9.400 per dolar," ucapnya.
Euro jatuh menjadi 1,2337 dolar dibandingkan 1,2361 dan terhadap yen merosot jadi 108,84.
Menurut dia, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di kawasan Eropa khususnya Yunani telah menyebarkan ke negara lain.
Krisis fiskal global telah mengidentifikasi apa yang akan terjadi pada ekonomi riil, ujarnya.
Rupiah, lanjut dia pada penutupan sore kemungkinan akan bisa mencapai angka Rp9.400 per dolar, apabila Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi menahan tekanan pasar yang makin kuat.
"Kami memperkirakan BI akan turun ke pasar melepas cadangan dolar untuk menahan lajunya tekanan negatif terhadap rupiah," ucapnya.
Edwin Sinaga mengatakan, tekanan pasar saat ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama, karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis Yunani, akibat lambatnya lembaga keuangan Uni Eropa membantu memberikan dukungan dana kepada Yunani.
Karena, kelambatan pemberian bantuan dana kepada Yunani akan membuat krisis itu makin parah, kucuran dana dari lembaga keuangan Uni Eropa diharapkan dapat turun lebih cepat, katanya.
Meski demikian, menurut dia, rupiah masih dapat menguat lagi, karena investor asing masih berminat untuk bermain di pasar domestik, karena keuntungan yang diperoleh dalam berbisnis di Indonesia lebih baik ketimbang di negara lain.
"Kami optimis Indonesia akan dibanjiri kedatangan investor asing untuk memicu pasar uang dan saham membaik," ucapnya.(CS/A011)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010